LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL
(PKP)
PENGGUNAAN ALAT PERAGA PUZZLE HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
PADA ANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL FURQON KECAMATAN
BANJARAN KABUPATEN BANDUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional – PAUD 4501
Disusun Oleh :
Nama : Wiwin Komariah
Nim :
814093774
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan
salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik
halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
spiritual), sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan, dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pada pasal 3 UU Sisdiknas disebutkan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Atfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat.
TK sebagai salah satu bentuk pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal perlu pembinaan yang baik. Pemerintah melalui
Departemen Pendidikan Nasional terus berupaya untuk meningkatkan mutu dan
efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Salah satu kebijakan Departemen
Pendidikan Nasional dalam rangka pembinaan pendidikan adalah dengan
meningkatkan mutu perbaikan kualitas proses belajar mengajar. Manivestasi
pembelajaran di TK diterapkan dalam berbagai macam keterampilan. Salah satu
keterampilan yang mulai ditumbuh-kembangkan semenjak usia TK adalah membaca dan
menulis. Keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
sangat penting bagi anak. Keterampilan itu sangat besar artinya bagi anak
selama mengikuti pendidikan di bangku sekolah. Pentingnya keterampilan membaca
untuk keperluan belajar kiranya sangat jelas yakni sebagai salah satu
keterampilan berbahasa.
Sehubungan dengan keterampilan berbahasa,
Tarigan (1996:1) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa mempunyai empat
komponen, yakni: Keterampilan menyimak (listening
skills), keterampilan berbicara (speaking
skills), keterampilan membaca (reading
skills), dan keterampilan menulis (writing
skills). Keterampilan membaca khususnya merupakan keterampilan berbahasa
yang sangat penting bagi anak.
Dalam usaha pembinaan dan
pengembangan tema kebahasaan di Taman Kanak-kanak maka dari keempat
keterampilan berbahasa di atas yang sering menjadi kendala bagi anak adalah
baca tulis. Pada kelas-kelas permulaan, keterampilan
membaca merupakan salah satu kendala utama yang banyak dihadapi oleh guru.
Belajar dan bermain membaca permulaan sangat penting untuk ditumbuh kembangkan
semenjak usia TK agar anak-anak dapat terlibat dalam kegiatan baca tulis. Upaya
untuk memotivasi membaca dan menulis bagi anak sangat diperlukan. Apabila dalam
diri anak sudah tumbuh kebiasaan membaca dan menulis maka akan mempercepat
proses integrasi ketika anak mulai masuk sekolah dasar.
Banyak penelitian mutahir
membuktikan bahwa anak dapat diajar membaca sebelum dia mencapai usia sekolah.
Seperti Durbin dalam Nurbiana (2007: 5:3), Dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada anak-anak dari
membaca dini. Anak-anak yang diajar membaca sebelum masuk SD pada umumnya lebih
maju di sekolah dari anak-anak yang belum pernah memperoleh membaca dini.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Leonhardt masih dalam Nurbiana,
membaca sangat penting bagi anak. Mereka akan berbicara, menulis dan memahami
gagasan rumit secara lebih baik. Kegemaran membaca harus dikembangkan sejak
dini. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat di atas kemampuan membaca dan
menulis sudah harus dikembangkan.
Seperti pendapat Moleong
(2003 :25), salah satu aspek yag harus dikembangkan pada anak-anak TK
adalah kemampuan membaca dan menulis.
Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dalam
kemampuan membaca permulaan diperlukan upaya-upaya guru dalam memotivasi anak.
Hal itu didasarkan pada instruksi Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor 6205/C/DS/1999 tanggal 27 Juli
1999 keterampilan membaca dan menulis bukan merupakan tujuan utama di TK dan dilakukan melalui bermain. Pada
dasarnya membaca dan menulis di TK tidak ditekankan pada pembelajaran yang
wajar sesuai dengan perkembangan dan karakteristik anak. Mengingat tanpa adanya penekanan, maka keaktifan guru
sangat menunjang bagi pertumbuhan minat anak membaca dan menulis. Pendidikan di
TK memang tidak dimaksudkan agar anak dapat membaca dan berhitung dengan
lancar, namun mulai di TK anak sudah dikenalkan pada abjad dari a sampai dengan
z. Hal ini banyak dilakukan guru-guru TK supaya anak memiliki kesiapan ketika
mereka memasuki sekolah dasar.
Berdasarkan Observasi yang
peneliti lakukan di TK Islam Al Furqon Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung dari
20 orang peserta didik hanya
sekitar 30% yang mau menyimak dan mengikuti kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru, sedangkan 70% lagi terlihat jenuh dan lebih asyik
mengobrol dengan temannya. Hal ini tentu akan berpengaruh pada hasil
belajar anak yang kurang
maksimal.
|
Berdasarkan hal tersebut,
peneliti lebih cenderung beranggapan bahwa timbulnya kesulitan anak dalam
membaca permulaan di TK Islam Al Furqon disebabkan karena kurang bervariasinya
penggunaan alat peraga yang dipergunakan guru. Selama
ini guru hanya menggunakan kartu abjad atau gambar abjad saja sehingga anak kurang
berminat untuk mengikuti kegiatan.
Permasalahan tersebut perlu segera dipecahkan
dengan mengembangkan berbagai teknik mengajar yang mampu membangkitkan motivasi
anak untuk membaca. Salah satu teknik yang yang di kembangkan adalah penggunaan
alat peraga puzzle huruf.
Alasan dipergunakan puzzle
huruf adalah: mudah diperoleh baik dengan membuat sendiri maupun membeli di
toko mainan, dapat dimodifikasi dalam berbagai model yang disenangi anak, mudah
dipergunakan baik oleh guru maupun anak, dan mampu menjelaskan konsep dengan
tepat. Penggunaan puzzle huruf bertujuan untuk
melatih agar anak mulai mengenal huruf, mengeja, merangkai huruf menjadi kata
tertentu, melafalkan tulisan. Pemanfaatan puzzle huruf tersebut pada
hakikatnya dilakukan berdasarkan satuan kegiatan dalam
kurikulum TK. Menggunakan Puzzle huruf, anak diharapkan tertarik untuk
belajar membaca. Secara tidak langsung anak dirangsang untuk mulai berlatih
membaca meskipun kedua hal tersebut belum ditekankan dalam pembelajaran di TK.
Sesuai dengan latar
belakang masalah di atas, dalam Penelitian Tindakan Perbaikan ini difokuskan
pada upaya guru dalam meningkatkan keterampilan membaca permulaan. Untuk itu
Penelitian ini diberi judul “Penggunaan Alat Peraga Puzzle Huruf untuk meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Islam Al Furqon Kecamatan Banjaran
Kabupaten Bandung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Penggunaan Alat Peraga Puzzle Huruf dapat
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
pada Anak kelompok A TK Islam Al Furqon. Mengingat terlalu luasnya permasalahan tersebut penulis batasi pada sub-sub masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana perencanaan penggunaan alat peraga puzzle
huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok A TK
Islam Al Furqon
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung?
2.
Bagaimana pelakasanaan penggunaan alat peraga puzzle
huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan
pada anak TK Islam Al Furqon
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung?
3.
Bagaimana pengaruh penggunaan alat peraga puzzle
huruf terhadap kemampuan membaca permulaan pada Anak TK
Islam Al Furqon
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung?
C.
TujuanPerbaikan
1. Tujuan Umum Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui penggunaan alat peraga puzzle
huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak TK Islam Al Furqon Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.
2.
Tujuan Khusus Penelitian
a.
Untuk mengetahui perencanaan pengggunaan alat
peraga puzzle huruf di TK Islam
Al Furqon
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.
b.
Untuk mengetahui pelaksanaan penggunaan alat
peraga puzzle huruf di TK Islam
Al Furqon
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.
c.
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat
peraga puzzle huruf terhadap kemapuan membaca permulaan pada anak TK Islam Al Furqon Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.
|
D.
Manfaat Perbaikan
1.
Manfaat Teoritis
a.
Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang
upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui penggunaan alat peraga puzzle
huruf pada anak TK Islam Al Furqon
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.
b.
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Anak Didik
Mendorong motivasi anak untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan bagi anak TK Islam Al Furqon Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.
b.
Bagi
Guru Kelas
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan guru
untuk mengembangkan kemampuan dalam merancang dan melaksanakan bimbingan dan
pelatihan membaca yang benar-benar efektif dengan menggunakan alat peraga puzzle
huruf, serta dapat menambah pengalaman guru.
c.
Bagi Lembaga Sekolah
Hasil
penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang kompetensi guru
dalam mengajar dan kompetensi anak dalam mengembangkan kemampuan membaca
permulaan, sehingga diharapkan keterampilan
membaca permulaan anak meningkat secara signifikan.
d.
Bagi
Perpustakaan Sekolah
Menambah
khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan kemampuan membaca
permulaan melalui penggunaan alat peraga
puzzle huruf.
KAJIAN PUSTAKA
A.
Alat Peraga Puzzle Huruf
1.
Pengertian Alat Peraga
Alat
peraga merupakan alat yang digunakan guru di depan kelas untuk menjelaskan
materi pelajaran.
Menurut Elly
Estiningsing dalam p4tkmatematika.org, Alat peraga merupakan media pengajaran yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri dan
konsep yang dipelajari.
2.
Puzzle Huruf
Puzzle Huruf adalah alat
permainan puzzle huruf yang dirancang oleh peneliti sebagai media yang
mudah diperoleh baik dengan membuat sendiri maupun membeli di toko mainan,
dapat dimodifikasi dalam berbagai model yang disenangi anak, mudah dipergunakan
baik oleh guru maupun anak, dan
mampu menjelaskan konsep yang tepat. Penggunaan puzzle huruf bertujuan
untuk melatih anak agar mulai mengenal huruf, mengeja, merangkai huruf menjadi kata tertentu,
melafalkan tulisan. Dengan menggunakan puzzle huruf, anak diharapkan
tertarik untuk belajar membaca. Secara tidak langsung anak dirangsang untuk
berlatih membaca meskipun kedua hal tersebut belum ditekankan dalam
pembelajaran di TK.
3.
Pungsi Alat Peraga
Secara
umum fungsi alat peraga adalah :
a.
Sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep
b.
Sebagai media dalam memantapkan pemahaman
konsep
c.
Sebagai media untuk mewujudkan hubungan antara
konsep dengan dunia sekitar kita serta aplikasi dalam kehidupan nyata.
Fungsi
dari alat peraga adalah untuk memberikan kejelasan dan memberikan gambaran
konsep yang sebenarnya bagi siswa dalam belajar. Hamalik (1986)
mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan media pengajaran atau alat peraga dalam
proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, serta
dapat memotivasi dan merangsang belajar siswa, bahkan dapat membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Puzzle huruf merupakan alat peraga yang dapat digunakan guru
sebagai alat bantu dalam mengajarkan materi membaca permulaan. Dengan
menggunakan puzzle huruf guru
dapat membantu memudahkan anak dalam memahami pengenalan huruf
abjad.
4.
Langkah-langkah Penggunaan
Alat Peraga Puzzle Huruf
Langkah-langkah penggunaan
alat peraga puzzle huruf adalah sebagai berikut :
a. Guru mempersiapkan beberapa buah alat
peraga puzzle huruf.
b. Guru
membagikan beberapa buah alat peraga puzzle
huruf.
c. Guru memberikan arahan kepada anak tentang penggunaan puzzle.
d. Guru menunjukan contoh-contoh bunyi huruf dan
menunjukannya dengan puzzle huruf.
e. Anak melafalkan
bunyi huruf abjad a s.d z.
f. Anak
melafalkan bunyi huruf sesuai dengan gambar yang tertera.
g. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba puzzle
huruf tersebut baik secara perorangan maupun kelompok.
h. Anak melakukan kerja sama dalam percobaan-percobaan menamai
gambar dengan tulisan puzzle huruf.
i.
Anak
menyusun puzzle huruf sesuai dengan
gambar yang tertera
j.
Guru mengamati kegiatan
seluruh anak.
k. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya.
l.
m. Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
n. Guru memberikan penilaian hasil pekerjaaan anak.
o. Anak
membereskan dan menyimpan kembali alat peraga puzzle huruf.
B.
Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak TK
1.
Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan
Membaca merupakan
keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk
kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan seperti mengenal
huruf dan kata, menghubungkan dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan
mengenai maksud bacaan. Anderson dalam Nurbiana (2007: 5.5) memandang
membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Menurut Hari
dalam Nurbiana (2007:5.5) membaca merupakan interpretasi yang bermakna dari
simbol verbal yang tertulis/tercetak. Sejalan dengan itu menurut Kridalaksana
masih dalam Nurbiana mengemukakan bahwa membaca adalah keterampilan mengenal
dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan
perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau
pengujaran keras-keras. Kegiatan membaca dapat bersuara, dapat pula tidak
bersuara. Jadi membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk
menemukan makna dari tulisan.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan :1) pengenalan huruf atau
aksara; 2) bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf; 3) makana atau maksud;
4) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana. Adapun yang
dimaksud kemampuan membaca permulaan pada anak TK adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk
huruf atau aksara dan bunyi dari huruf atau aksara tersebut.
2.
Pentingnya Kemampuan Membaca Pada Anak TK
Mary Leonhard dalam
Nurbiana (2007:5.5) ada beberapa alasan
mengapa kita perlu menumbuhkan cinta membaca pada anak. Alasan tersebut adalah
:
a.
Anak yang senang membaca
akan membaca dengan baik, sebagian waktunya digunakan untuk membaca.
b.
Anak yang gemar membaca
akan mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi. Mereka akan berbicara, menulis dan
memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik.
c.
Membaca akan memberikan
wawasan yang lebih luas dalam segala hal, dan membuat belajar lebih baik.
d.
Kegemaran membaca akan
memeberikan beragam perspektif kepada anak.
e.
Membaca dapat membantu
anak memiliki rasa kasih sayang.
f.
Anak yang gemar membaaca
dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan.
g.
Anak-anak yang gemar
membaca akan mampu mengembangkan pola pikir kreatif dalam diri mereka.
3.
Tahap-Tahap Perkembangan Membaca
Kemampuan membaca pada
anak berkembang dalam beberapa tahap. Menurut Cochrane Efal dalam Nurbiana
(2007:5.13), Perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia (4-6
tahun) berlangsung dalam 5 tahap, yaitu :
a.
Tahap pantasi (magical
strage)
b.
Tahap pembentukan konsep
diri (self concep strage)
c.
Tahap membaca gemar (bringing
reading strage)
d.
Tahap pengenalan bacaan (sake-off
reader strage)
e.
Tahap membaca lancar (independent
reader strage)
Sehubungan dengan
tahap-tahap perkembangan membaca anak di atas yang perlu diketahui dan dipahami
oleh guru atau orang tua adalah bagaimana menstimulasi potensi-potensi anak
tersebut di atas sesuai tahap-tahap perkembangannya. Hal ini perlu dipikirkan
dan dikerjakan agar potensi-potensi yang ada pada anak dapat berkembang secara
optimal. Karena para ahli syaraf meyakini bahwa jika gejala-gejala munculnya ke
arah positif maka potensi-potensi tersebut akan menjadi potensi yang
tersembunyi.
Oleh karena itu,
lingkungan (termasuk didalamnya orang tua dan guru) sangat memegang peranan
penting dalam hal ini. Lingkungan harus dapat menciptakan kegiatan-kegiatan
yang dapat memekarkan potensi yang ada pada anak.
Sebelum mengajarkan
membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca atau kesiapan membaca perlu
dikuasai oleh anak terlebih dahulu. Dasar-dasar kemampuan membaca ini
diperlukan agar anak berhasil dalam membaca dan maupun menulis. Seperti
dikemukakan Miller dalam Nurbiana (2007:5.13) bahwa sebelum anak
diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak. Hal
ini bertujuan agar kita mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan membaca. Di
samping itu juga bertujuan agar dapat diketahui kemampuan kesiapan membaca
khusus apa yang sebaiknya diajarkan atau dikuatkan pada anak. Kemampuan
kesiapan membaca tersebut adalah :
a.
Kemampuan membedakan
auditorial
b.
Kemampuan diskriminasi
visual
c.
Kemampuan membuat hubungan
suara – visual
d.
Kemampuan perseptual
motoris
e.
Kemampuan bahasa lisan
f.
Membangun sebuah latar
belakang pengalaman
g.
Progresi dari kiri ke
kanan
h.
Kemampuan merangkai
i.
j.
Pengenalan melihat kata
k.
Lateralisasi
l.
Koordinasi gerak
4.
Tanda-tanda Kesiapan
Membaca
Tanda-tanda kesiapan anak
sudah dapat diajarkan membaca adalah sebagai berikut :
a.
Apakah anak sudah memahami
bahasa lisan
Kemampuan ini dapat
diamati pada waktu anak bercakap-cakap dengan temannya atau disuruh melakukan
sesuatu atau diberi pertenyaan tentang sesuatu. Pemahaman yang dimaksud di sini dengan kalimat sederhana dalam kontek
komunikasi dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak.
b.
Apakah anak sudah dapat
mengujarkan kata-kata dengan benar
Ini dapat diamati pada
waktu guru bercakap-cakap dengan anak, atau ketika anak mengatakan atau
menanyakan sesuatu. Misalnya meja, kuping, kalau kata-kata ini sudah diucapkan
dengan baik berarti anak sduah dapat mengujarkan kata-kata dengan baik
c.
Apakah anak sudah dapat
mengingatkan kata-kata
Misalnya pada suatu hari
anak ditanya tentang objek-objek susuatau seperti “apa ini” sambil memegang
matanya. Anal menjawab “mata”. Besoknya pertanyaan yang sama ditanyakan lagi.
Jika jawaban benar, maka ia telah mengingat kata itu.
d.
Apakah anak sudah dapat
mengujarkan bunyi huruf
Kemampuan ini bisa
dilakukan seperti cara di atas
e.
Apakah anak sudah
menunjukan minat membaca
Hal ini dapat dilihat
misalnya dari keinginan anak memegang buku, membuka-buka bacaan lain dan
meniru-niru membaaca serta mencoret-coret kertas.
f.
Apakah anak sudah dapat
membedakan dengan baik
Kemampuan yang dimaksud di sini adalah kemampuan pendengaran dan penglihatan.
Kemampuan ini dapat dilihat misalnya perilaku anak dalam menanggapi kata-kata
suruhan yang berbeda-beda.
5.
Perkembangan Membaca Pada Anak TK
Anak mulai mengenali kata-kata yang sudah
terbiasa. Anak kecil mungkin mempelajari seluruh kata-kata yang dapat ia lihat,
seperti tanda STOP, sebelum ia mempelajari huruf-hurufnya. Anak kecil mungkin,
juga belajar lambang dan simbol, sehingga pada saat dia melewati pertokoan yang
dikenalnya, dia mungkin akan menunjuk huruf yang diketahuinya, seperti
"M" untuk Matahari atau” R” untuk Ramayana.
Anak mempelajari cerita yang mempunyai susunan
yang jelas dan bagian-bagian yang spesifik. Pada saat anak mendengarkan cerita,
dia belajar bahwa cerita yang baik mempunyai awal, tengah, dan akhir cerita.
Dia juga belajar memprediksi, berdasarkan halaman muka buku, akan seperti apa
ceritanya, juga apa yang akan terjadi berikutnya atau bagaimana cerita akan
berakhir. Anak kecil belajar bahwa ada karakter-karakter dalam cerita dan bahwa
waktu dan tempat terjadinya cerita adalah sesuatu yang ingin diketahui
pendengar. Anak akan membandingkan karakter-karakter dalam buku dengan dirinya
atau dengan orang-orang yang dia kenal.
Anak mungkin pura-pura membaca. Anak yang
sering dibacakan cerita akan pura-pura membaca buku untuk dirinya sendiri atau
kepada boneka mainannya atau binatang peliharaannya, dengan menggunakan
kata-kata atau kalimat sendiri dari cerita yang didengarnya. Orang tua dan guru mungkin juga menemukan anak kecil bekerjasama
berpura-pura membaca di saat dia bermain "membaca" resep pada
saat dia membuat kue atau "membaca" daftar belanjaan pada saat
dia meletakkan belanjaan di keranjang.
Anak-anak mulai menyadari bahwa dunia dipenuhi
huruf-huruf. Selama masa usia kelompok bermain, beberapa anak kecil akan dapat
mendeklamasikan atau menyanyikan huruf-huruf. Dia mungkin mulai mengenali
huruf-huruf yang sering dilihatnya, khususnya huruf-huruf pada namanya, selanjutnya
huruf dari nama ayahnya, nama saudara kandungnya, dan nama teman-temannya.
Menemukan huruf yang dikenalinya di rumah,
di sekolah
atau di toko
kelontong, sangat menyenangkan bagi anak kecil, dan dia akan memberi tahu orang
tua atau guru seperti
“saya menemukan N besar yang lain!” atau “Hey, ada t kecil!”.
Pada akhir masa TK, sebagian besar anak dapat
mengenali dan dapat membedakan huruf besar dan huruf kecil. Anak juga belajar
bunyi berhubungan dengan sebagian besar huruf-huruf dalam abjad. Sebagian besar
anak usia TK dapat mengatakan bahwa B berbunyi "b" dan M berbunyi
"m" dan dapat menghubungkan huruf dan bunyi ke dalam permainan yang
dimainkannya. Anak secara umum menguasai bunyi konsonan sebelum vokal karena
lebih sulit mendengar perbedaan kecil di antara bunyi-bunyi vokal.
Sebagian besar anak usia TK dapat membaca
beberapa kata dan buku sederhana, Anak-anak di TK mengenali beberapa kata
dengan melihat dan mengenali kata-kata tersebut secara keseluruhan. Kata-kata
yang didapat dari penglihatan biasanya meliputi namanya sendiri, teman-teman
kelasnya, dan kata-kata yang sering digunakan di dalam tulisannya seperti
"mam,"dan "sayang". Anak juga belajar kata-kata yang
dilihat di sekelilingnya, seperti "MASUK"
dan "KELUAR." Beberapa anak dapat membaca kelompok kata-kata seperti
"cat," "bat," dan "mat." Pada akhirnya, beberapa
anak usia TK dapat "membaca" buku-buku yang tidak asing baginya
dengan mengenali beberapa kata, mengingat-ingat jalannya cerita, dan melihat gambar.
Anak usia TK belajar membaca dari kiri ke
kanan. Anak belajar bahwa kita membaca hingga akhir baris dan kembali ke kiri
untuk membaca baris lainnya. Anak belajar dari mana tulisan mulai dan berakhir
serta mempelajari perbedaan antara kata dan huruf. Beberapa anak dapat
menirukan kata-kata dalam buku. Bahkan anak mulai mengenali dan belajar
kegunaan beberapa tanda baca yang umum seperti titik dan koma. Memahami secara
utuh makna tulisan dan bagaimana sistem bacaan berjalan, merupakan hal yang
penting untuk belajar membaca.
C.
Bermain dengan Menggunakan Alat Peraga Puzzle
Huruf
Salah satu prinsip
pembelajaran di TK adalah bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Permainan
kata dan huruf dapat memberikan suatu situasi belajar yang santai dan informal,
bebas dari ketegangan dan kecemasan. Anak-anak dengan aktif dilibatkan dan
dituntut untuk memberikan tanggapan dan membuat keputusan. Dalam memainkan
suatu permainan, anak-anak dapat melihat kata berkali-kali, namun tidak dalam
cara yang membosankan dan berulang-ulang.
Penerapan
metode bermain dengan menggunakan Media Puzzle huruf adalah salah satu
Pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dan tumbuh kembang anak. Dengan
metode bermain menggunakan Media Puzzle huruf diharapkan dapat menarik
minat anak sehingga anak termotivasi untuk gemar membaca.
Penerapan bermain dengan menggunakan puzzle
huruf sangat relevan dengan konsep DAP (
Developmentally Appropriate Practice) atau pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan anak yaitu sebagai berikut :
1.
Menciptakan lingkungan belajar yang dapat
membuat anak asyik belajar.
2.
Menggunakan kurikulum yang dapat menumbuhkan
minat anak terhadap materi belajar secara kontekstual.
3.
4.
Menyampaikan materi belajar dengan melibatkan
pengalaman konkret, terutama melalui pemecahan masalah.
Meskipun bermain seolah-olah hanya untuk
bersenang-senang bagi anak, namun bermain memiliki manfaat yang sangat besar
bagi perkembangan anak. Manfaat bermain
tersebut antara lain:
1.
Memberikan kesempatan pada anak untuk memahami
lingkungan dan berinteraksi social;
2.
Mengekspresikan dan mengendalikan emosi;
3.
Meningkatkan kemampuan simbolik anak dalam
menyatakan ide pikiran dan perasaannya;
4.
Menyelesaikan konflik;
5.
Mengembangkan kreativitas.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar