Sabtu, 21 September 2013

Laporan PKP

LAPORAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
(PKP)

PENGGUNAAN MEDIA GUNTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK QANITAH
KECAMATAN CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional – PAUD 4501


Disusun Oleh :
Nama                  : Siti Khodijah
Nim                     : 815118466
Pokjar                 : BANDUNG




 




UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki dorongan ingin tahu tentang segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain, kebendaan, kejadian maupun perbuatan. Sifat dinamis dan rasa ingin tahu merupakan potensi dasar yang harus dikembangkan secara terarah dan optimal.
Dengan sifat dasar alami setiap manusia, kita bisa melihat dengan nyata dimana anak-anak begitu sering asyik bermain-main dengan sesuatu benda atau melakukan sesuatu perbuatan yang dirinya sendiri belum mengetahui manfaat dan bahayanya. Kondisi ini merupakan indikasi objektif yang membenarkan bahwa setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki rasa ingin tahu, misalnya tentang benda-benda tajam seperti pisau, silet, cutter, alat mencocok, gunting dan lain-lain.
Gunting sebagai salah satu dari sekian banyak benda tajam sering anak-anak temukan, baik di rumah maupun di sekolah. Aktivitas yang dilakukan anak-anak dengan menggunakan gunting,  itu sebenarnya suatu gejala awal yang positif  dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, semestinya mendapat respon yang positif dari guru dan orang tua. Gejala tersebut merupakan modal dasar dan momentum awal yang baik bagi suatu proses belajar, karena belajar hakikatnya adalah proses aktivitas yang terencana dan sadar tujuan. Namun demikian kenyataan yang dilakukan pada umumnya oleh guru dan orang tua justru bersifat kontradiktif dengan dasar-dasar kependidikan. Umumnya guru TK  atau orang tua justru melarang murid dan anak-anak mereka untuk memegang dan menggunakan gunting, tanpa memberi penjelasan kepada anaknya. Sikap perilaku tersebut semata-mata hanya karena kekhawatiran guru dan orang tua yang takut anaknya terluka karena tergunting, barang-barangnya rusak/berantakan atau mungkin merasa jengkel dengan segala aktivitas anaknya tersebut. Sikap semacam itu bukan hanya tidak bijaksana, tetapi juga sekaligus dapat mematikan potensi positif dalam diri anak.
Sebenarnya aktivitas anak merupakan kunci pokok dari suatu kegiatan belajar. Sementara itu interaksi anak dengan sesuatu benda atau suatu perbuatan yang dilakukan anak merupakan suatu kegiatan yang dapat direkayasa sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu kegiatan belajar. Seperti halnya kegiatan menggunting.  Dengan demikian sifat dinamis dan rasa ingin tahu anak tentang sesuatu benda atau perbuatan bisa didesain menjadi suatu proses edukatif.  Dalam hal ini anak dapat diarahkan pada perkembangan motorik.
Sujiono (2007: 1.12), Perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar untuk terapil menggerakan anggota tubuh. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Seperti brrjalan, melompat, berlari, naik sepeda. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut jelas sangat diperlukan anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 
Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Untuk itu anak TK belajar dari guru tentang berbagai hal termasuk gerakan motorik halus.
Berdasarkan observasi di TK Qanitah anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya,  yang ditandai dengan kurang terampilnya siswa dalam penggunaan media gunting. Ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan media dalam menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan keterampilan motorik halusnya.
Pendidikan di TK dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mempunyai kemampuan menyesuaikan media sesuai dengan karakteristik tujuan anak yang diberi pembelajaran.
Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan motorik halusnya, maka guru-guru TK Qanitah akan membantu meningkatkan keterampilan motorik halus anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerakan halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
Dengan demikian, belajar melalui benda konkrit seperti media gunting untuk meningkatkan motorik halus anak dipandang akan lebih efektif. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diangkat suatu judul Penggunaan Media Gunting untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak di Tk Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka  secara umum pokok permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah. Mengingat luasnya permasalahan tersebut maka penulis batasi pada sub-sub masalah sebagai berikut :
1.  Bagaimana Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?
2.  Bagaimana Efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat ?
3.    Bagaimana pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?

C.   Tujuan Perbaikan
1.  Tujuan Secara  Umum :
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
2.  Tujuan Secara Khusus :
 Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a.       Untuk memperoleh Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
b.      Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?
c.       Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?

D.   Manfaat Perbaikan
1.  Manfaat Secara Teoritis :
a.       Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam penggunaan media pembelajaran pada jenjang TK.
b.      Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk menerapkan kemampuan penelitian ilmiah dalam mengkaji permasalahan di bidang pendidikan pada jenjang TK


2.    Manfaat Secara Praktis :
a.       Bagi Guru, penelitian ini semoga menjadi masukan untuk meningkatkan kemampuan dalam pemilihan media pembelajaran yang efektif bagi pembelajaran di tingkat TK.
b.      Bagi Siswa, senantiasa membangkitkan motivasi serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di tingkat TK.
c.       Bagi Lembaga, senantiasa menjadi masukan yang baik dalam pengambilan kebijakan khususnya dalam kebijakan pengadaan media pembelajaran di tingkat TK.






















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Media Pembelajaran
1.      Pengertian Media
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar

2.     Media Pembelajaran
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan  guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.       
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa.
Peran media dalam komunikasi pembelajaran di TK sangat penting artinya mengingat perkembangan anak saat itu berada pada masa konkrit. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah kekonkritan. Dengan demikian pembelajaran di TK harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkret. Prinsip kekonkritan tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai saluran penyampai pesan dari guru kepada anak agar pesan tersebut dapat diserap anak dengan baik. Dengan demikian diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Banyak hasil penelitian  menunjukan bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil bila anak turut aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan kata lain yang menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran bukanlah guru melainkan anak. Hal ini berarti perlunya beragai fasilitas belajar, termasuk media pembelajaran.
Hasil penelitian British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata jumlah informasi yang diterima indra adalah :
75 %  melalui indra penglihatan
13 % melalui indra pendengaran
6 % melalui indra sentuhan dan perabaan
6 % melalui indra penciuman dan lidah.
Dari data tersebut menunjukan bahwa penggunaan media yang dapat dilihat (visual) dalam pembelajaran di TK lebih menguntungkan dibandingkan dengan penyampaian secara verbal. Gunting sebagai salah satu media pembelajaran dapat digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3.   Gunting
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar hal 249 dituliskan “Gunting” kb 1 alat perkakas untuk memotong kain (rambut dan sebagainya) 2 menggunting kk memotong (memangkas dan sebagainya) dengan memakai gunting.

4.    Langkah-langkah Penggunaan Media Gunting
a.       Guru menyediakan peralatan gunting sesuai dengan jumlah anak
b.      Guru menyediakan lembaran kertas kosong sesuai dengan jumlah anak
c.       Guru menjelaskan kepada anak cara memegang gunting yang benar
d.      Guru menjelaskan kepada anak cara menggunting kertas yang baik dan benar
e.       Guru memeriksa hasil pekerjaan anak dalam menggunting kertas
f.       Guru memperbaiki beberapa anak yang kurang mampu cara menggunting kertas yang baik dan benar
g.      Guru membagikan kertas berpola gambar yang sudah disiapkan  sebelumnya
h.      Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola gambar yang baik dan benar
i.        Anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar seperti yang telah diperagakan guru
j.        Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
k.      Guru memberikan penilaian hasil pekerjaaan anak

5.    Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
a.       Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
b.      Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c.       Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
d.      Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
e.       Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
f.       Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
g.      Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h.      Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain

B.   Perkembangan Motorik Halus
1.    Pengertian Perkembangan Motorik Halus
Menurut Nursalam (2005) perkembangan motorik halus adalah “kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.”
Sedangkan menurut Moelichatoen (2004) motorik halus adalah “merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak”.

2.    Kemampuan Motorik Halus Anak TK
a.   Anak Usia 3-4 Tahun
1)      Menggunting kertas menjadi dua bagian
2)      Mencuci dan mengelap tangan sendiri
3)      Mengaduk cairan dengan sendok
4)      Menuang air dari teko
5)      Memegang garpu dengan cara menggenggam
6)      Membawa sesuatu dengan penjepit
7)      Apabila diberikan gambar kepala badan manusia yang belum lengkap, ia akan dapat menambahkan paling sedikit dua organ tubuh
8)      Membuka kancing dan melepas ikat pinggang
9)      menggambar lingkaran namun bentuknya masih kasar.

  b.   Anak Usia 4-5 Tahun
1)      mengikat tali sepatu
2)      memasukan surat ke dalam amplop
3)      memoleskan selai di atas roti
4)      membentuk berbagai objek dengan tanah liat
5)      mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju
6)      memasukan benang ke dalam lubang jarum (Sujiono, 2007:1.15-1.16)

3.    Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Menurut Mudjito (2007: ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu :
a.       Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang.
b.      Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
c.       Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah.

4.    Karakter Perkembangan Motorik Halus Anak
Karakter perkembangan motorik halus menurut  Walkay dalam Mudjito (2007) dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus yang paling utama adalah:
a.       Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi.
b.      Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna.
c.       Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.
d.      Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.

5.    Faktor – Faktor Perkembangan Motorik Anak
Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat dilakukan oleh guru  TK adalah :
a.       Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya.
b.      Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan.
c.       Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil menggerakkan anggota tubuh.
d.      Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang diharapkan sesuai dengan perkembangannya.

6.     Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf  yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang mereka lakukan.  
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Seperti meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda, berdiri dengan satu kaki dan sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya.
Pengembangan motorik pada anak TK adalah merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental ( Sujiono, 2007: 1.14).
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.




BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A.   Informasi Subjek Penelitian
Perbaikan kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan media gunting. Seberapa besar kontribusi yang diberikan dengan media ini, sehingga akan tercapai kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik bagi anak.
Nama Lokasi                   : Taman Kanak-kanak Qanitah
Kelompok                        : B
Tema / Sub Tema             : Siklus I Makanan/Macam-macam makanan
                                          Siklus II Pakaian/macam-macam pakaian
Waktu                              : Siklus I  Tanggal 3 - 7 Oktober 2011
                                          Siklus II Tanggal 10 – 14 Oktober 2011
Jumlah seluruh siswa kelompok B adalah 13 orang, terdiri dari 7 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Kemampuan masing-masing anak di TK Qanitah berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena memang mereka datang dari latar belakang yang berbeda seperti  latar belakang keluarga dan tempat tinggal.
Tapi secara umumnya tumbuh kembang semua anak di sekolah terlihat baik, karena guru memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak TK.      
                                                        
B.   Deskripsi per Siklus
Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari lima hari pembelajaran, 5 SKH, 5 skenario perbaikan dan 5 lembar observasi.
Dalam melaksanakan kegiatan perbaikan perkembangan, disusun secara rinci yang dimulai dengan membuat perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi dan lembar refleksi, yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelebihan dan kelemahan pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada kegiatan yang akan dilaksanakan berikutnya.  

1.      Siklus I
a.       Perencanaan
Perencanaan pada siklus 1 diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau SKH (Satuan Kegiatan Harian).
SKH 1
1)      Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam makanan kesukaan dan bernyanyi “aku anak sehat”.
2)      Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar buah apel, menghubungkan tulisan dengan gambar dan mengelompokkan gambar macam-macam makanan.
3)      Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)      Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk sate”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 2
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan kesukaan dan bertepuk “tepuk kuman”.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar es krim, mengurutkan gambar dengan huruf dan menghitung jumlah makanan.

3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “buah-buahan (Bahasa Inggris)”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 3
1)     Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan binatang dan bernyanyi individual.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar ikan, menghubungkan makanan binatang dengan tulisannya dan mengelompokkan makanan binatang.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)     Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk ikan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 4
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam minuman dan bernyanyi “pok ame-ame”.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar gelas, menebalkan tulisan macam-macam minuman dan menghubungkan gambar dengan bilangan.

3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak mendengarkan sajak sederhana “aku sehat”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 5
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang minuman kesukaan dan menebak judul lagu .
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar minuman kesukaan dari koran atau majalah, menghubungkan gambar dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar minuman.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “kalau kau senang hati”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

b.      Langkah-langkah perbaikan
1)      Skenario perbaikan SKH 1
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

2)      Skenario perbaikan SKH 2
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

3)      Skenario perbaikan SKH 3
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

4)      Skenario perbaikan SKH 4
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

5)      Skenario perbaikan SKH 5
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.






c.       Pelaksanaan
1)      Menentukan Penilai 1 dan 2
Penilai 1 adalah Ibu Nani Cahyani, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak Carlim, S.Ag., dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai dan ditandatangani oleh kepala sekolah TK Qanitah yang beralamat di Kp. Kiara RT 01 RW 12 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

2)      Tugas Penilai 1 dan 2
Tugas penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi dan menyerahkan APKG 1 dan 2 kepada Praktikan.
Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi, menyerahkan APKG 1 dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.

3)      Tugas Supervisor
Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai rancangan satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar observasi, refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.




d.      Prosedur Kegiatan Pengembangan
Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan penjelasan tentang gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak menggunting gambar yang telah disediakan guru  juga yang di ambil dari koran dan majalah dengan mengutamakan proses pelaksanaan pembelajaran dari pada melihat hasil akhir.

e.       Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pembelajaran pada siklus 1 dan 2 menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak, menetapkan instrumen penilaian dan data observasi

f.       Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pengembangan penelitian meninjau kembali apa saja kelemahan dan kekuatan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dan apa saja hal-hal yang perlu diperbaiki selanjutnya. Hasil refleksi dari skenario perbaikan 1-5 kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan setelah melaksanakan :
·           Skenario perbaikan 1
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahaya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.

·           Skenario perbaikan 2
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan:  masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.

·           Skenario perbaikan 3
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting bentuk.
Kelemahan:  masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.

·           Skenario perbaikan 4
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.

·           Skenario perbaikan 5
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau koran.


Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran teradapat kekuatan dan kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan pembelajaran yang menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan tindakan perbaikan pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat disimpulkan :
Kekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai, dan merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Kelemahan diri :  selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang tidak membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran dengan menggunakan media gunting sering dilakukan.
 
2.      Siklus II
a.    Perencanaan
Perencanaan pada siklus II diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau SKH (Satuan Kegiatan Harian).
SKH 6
1). Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam jenis pakaian dan bermain tepuk “tepuk polisi”.



2). Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar baju, menghubungkan gambar macam-macam pakaian dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar macam-macam pakaian.
3). Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4). Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “polingga”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 7
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian untuk bekerja dan bertepuk “tepuk dokter”.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar jenis-jenis pakaian untuk bekerja, menebalkan tulisan dan menghitung gambar pakaian.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “pak pilot”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 8
1)     Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian daerah dan bernyanyi “senggol dendang”.

2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar pakaian adat,menulis huruf depan gambar dan menyebutkan urutan bilangan dengan gambar.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)     Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kabayan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 9
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang baju boneka dan bernyanyi “abdi gaduh boneka”.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar boneka, menebalkan tulisan minuman dan mengelompokkan gambar dengan bilangan.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk badut”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

SKH 10
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang asal mula pakaian dan bernyanyi kelompok.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting kain, menghubungkan gambar dengan tulisannya dan mengurutkan gambar dengan angka.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kupu-kupu”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

b.      Langkah-langkah perbaikan
1)      Skenario perbaikan SKH 6
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

2)      Skenario perbaikan SKH 7
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

3)      Skenario perbaikan SKH 8
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

4)      Skenario perbaikan SKH 9
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.



5)      Skenario perbaikan SKH 10
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

c.       Pelaksanaan
1)      Menentukan Penilai 1 dan 2
Penilai 1 adalah Ibu Nani Cahyani, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak Carlim, S.Ag., dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai dan ditandatangani oleh kepala sekolah TK Qanitah yang beralamat di Kp. Kiara RT 01 RW 12 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

2)      Tugas Penilai 1 dan 2
Tugas penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi dan menyerahkan APKG 1 dan 2 kepada Praktikan.
Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi, menyerahkan APKG 1 dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.
3)      Tugas Supervisor
Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai rancangan satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar observasi, refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.

d.      Prosedur Kegiatan Pengembangan
Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan pejelasan tentang gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak menggunting gambar yang telah disediakan guru  juga yang di ambil dari koran dan majalah dengan mengutamakan proses dari pada hasil akhir.

e.       Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pada siklus 1 dan 2 menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak, menetapkan instrumen penilaian dan data observasi.

f.       Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran dan pengembangan, peneliti melakukan refleksi diri apakah selama melaksanakan perbaikan pengembangan memiliki kelebihan atau kekurangan untuk diperbaiki selanjutnya.
·           Skenario perbaikan 6
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.

·           Skenario perbaikan 7
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan:  masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.

·           Skenario perbaikan 8
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting bentuk.
Kelemahan:  masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.

·           Skenario perbaikan 9
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.

·           Skenario perbaikan 10
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau koran.
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran terdapat kekuatan dan kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan pembelajaran yang menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan tindakan perbaikan pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat disimpulkan :
Kekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai, dan merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Kelemahan diri :  selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang tidak membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran dengan menggunakan media gunting sering dilakukan.


BAB IV
HASIL  DAN PEMBAHASAN

A.     Deskripsi Per Siklus
Berdasarkan temuan-temuan dari kegiatan perbaikan yang dilakukan selama 2 siklus yang terdiri dari 10 kali tampilan di kelas, baik yang berkaitan dengan perolehan hasil belajar anak maupun peneliti serta temuan-temuan pengamatan teman sejawat yang berkaitan dengan pelaksanaan perbaikan pengembangan diperoleh data sebagai berikut :
1.    Siklus I
a.       Hasil Belajar Anak
Siklus I saya laksanakan dari tanggal 3 – 7 Oktober  2011. Dari siklus I diperoleh data hasil belajar siswa dengan menggunakan media gunting sebagai berikut :

Tabel : 1
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-1

Nilai
Siklus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
2
15,38
Baik
3
23,08
Sedang
O
8
61,54
Kurang
Jumlah
13
100

 Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 2 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 8 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 15,38 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 2
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-2

Nilai
Siklus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
3
23,08
Baik
4
30,77
Sedang
O
6
46,15
Kurang
Jumlah
13
100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 3 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 6 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 23,08 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 3
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-3

Nilai
Siklus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
4
30,77
Baik
4
30,77
Sedang
O
5
38,46
Kurang
Jumlah
13
100

Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 4 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 30,77 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 4
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-4

Nilai
Siklus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
5
38,46
Baik
3
23,08
Sedang
O
5
38,46
Kurang
Jumlah
13
100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 5 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 38,46 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.



Tabel : 5
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-5

Nilai
Sikulus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
6
46,15
Baik
3
23,08
Sedang
O
4
30,77
Kurang
Jumlah
13
100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 6 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 46,15 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.


b.  Tampilan Guru Dalam Pembelajaran
Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap  penampilan guru dalam  pembelajaran dengan mengunakan gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :





Tabel : 6
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 1

Kemunculan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
ya
13
87

tidak
2
13

Jumlah
15
100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi 13 aspek menunjukan kemunculan ya dan 2 aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru masih belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  87 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 7
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 2

Kemunculan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
Ya
14
93

Tidak
1
7

Jumlah
15
100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi 14  aspek menunjukan kemunculan ya dan 1 aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru masih belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  93 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 8
Data Hasil Observasi Tentang Peanampilan Guru Siklus I Tampilan 3

Tampilan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
ya
15
100
2
tidak
0
0

Jumlah
15
100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi 15  aspek menunjukan kemunculan ya dan  0 aspek sisanya atau tidak ada aspek yang menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.  Namun demikian masih ada 2 komentar yang merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru dalam pembelajaran.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 9
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 4

Tampilan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
Ya
15
100
1
Tidak
0
0

Jumlah
15
100

Sumber : Data Hasil Observasi
Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.  Namun demikian masih ada 1 komentar yang merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru dalam pembelajaran.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 10
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 5

Tampilan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
Ya
15
100

Tidak
0
0

Jumlah
15
100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya  dan dalam kolom komentar menunjukan tidak ada komentar.  Ini artinya bahwa penampilan guru benar-benar sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.






c.   Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut :
1)        Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang ditentukan, materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak, media pembelajaran telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi anak terhadap metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2)      Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah disusun, namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan kelas, juga pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena mungkin guru baru pertama dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam memperbaiki kelemahan tersebut guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan dan kegiatan yang biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam merancang kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada anak agar dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat menerima dan melaksanakan kegiatan tersebut. Alasan guru yang dapat dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan tindakan mengajar adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam penilaian reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda bintang. Anak telah mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru.  Guru juga telah dapat mengatur dan memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat meningkatkan penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan. 
   
2.       Siklus II
a.        Hasil Belajar Anak
Siklus kedua saya laksanakan berdasarkan hasil yang belum maksimal dari siklus I maka diadakan pendekatan bagi siswa yang masih jauh dari yang diharapkan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Penulis memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih berani mencoba menggunakan gunting dan pemberian motivasi melalui pejelasan tentang penggunaan gunting. 
Siklus II dilaksanakan tanggal 10 – 14 Oktober 2011, dari kegiatan siklus II ini diperoleh data sebagai berikut :

Tabel : 11
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-1

Nilai
Siklus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
7
53,85
Baik
2
15,38
Sedang
O
4
30,77
Kurang
Jumlah
13
100

          Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 7 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 53,85 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 12
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-2

Nilai
Siklus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
8
61,54
Baik
3
23,08
Sedang
O
2
15,38
Kurang
Jumlah
13
100

     Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 8 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 61,54%. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.





Tabel : 13
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-3

Nilai
Sikulus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
9
69,23
Baik
2
15,38
Sedang
O
2
15,38
Kurang
Jumlah
13
100

     Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 9 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru 69,23 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.

Tabel : 14
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-4

Nilai
Siklus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
10
76,92
Baik
3
23,08
Sedang
O
0
            0,00
Kurang
Jumlah
13
100

       Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 10 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik mencapai 76,92 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.

Tabel : 15
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-5

Nilai
Siklus I
Keterangan
Frekuensi
Prosentase
(%)
12
92,31
Baik
1
            7,69
Sedang
O
0
            0,00
Kurang
Jumlah
13
100

       Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 12 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 1 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik baru mencapai 92,31 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sangat berhasil.
Secara keseluruhan dari tabel data hasil belajar anak dengan menggunakan media gunting siklus I dan II di atas dapat kita lihat untuk kategori Baik (B) adalah sebagai berikut  Tampilan 1 sebanyak 2  orang anak  atau = 15,38 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang anak  atau = 23,08 %, Tampilan 3 bertambah menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, Tampilan 4 bertambah menjadi  5 orang anak atau 38,46 %, Tampilan 5 bertambah menjadi 6 orang anak  atau = 46,15 %, Tampilan  1 Siklus II bertambah 7 orang anak atau = 53,85 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 8 orang anak  atau = 61,54%, Tampilan 3 bertambah menjaadi 9 orang anak  atau 69,23, Tampilan 4 bertambah menjadi 10 orang anak atau = 76,92 % dan Tampilan 5 bertambah menjadi 12 orang anak atau = 92,31 %. Hasil belajar anak dalam  pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk kategori Sedang (S) siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 3 siswa  atau = 23,08 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 4 siswa atau = 30,77 %, Tampilan 3 tetap 4 siswa atau = 30,77 %, Tampilan 4 tetap  3 siswa atau 23,08 %, Tampilan 5 tetap 3 orang anak atau = 23,08 %, Siklus II Tampilan  1 berkurang lagi menjadi 2 orang anak atau = 15,38 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08%, Tampilan 3 berkurang menjadi 2 orang anak  atau 15,38, Tampilan 4 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08 % dan Tampilan 5 berkurang menjadi 1 orang anak atau =7,69 %.  Hasil belajar  anak  dalam  pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk kategori Kurang (K) siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 8 orang anak  atau = 61,54 %, Tampilan 2 berkurang menjadi 6 orang anak atau = 46,15 %, Tampilan 3 bertambah menjadi 5 orang anak atau = 38,46 %, Tampilan 4 tetap  5 orang anak  atau 38,46 %, Tampilan 5 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, siklus II Tampilan  1 berkurang  menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, Tampilan 2 berkurang menjadi 2 oranag anak atau = 15,38%, Tampilan 3 tetap 2 orang anak atau = 15,38 %, Tampilan 4 dan Tampilan 5 berkurang menjadi 0 siswa atau = 0,00 %.
Dari siklus I dan II dengan 10 kali tampilan hasil belajar siswa dengan menggunakan media gunting menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini berarti juga bahwa kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran dengan menggunakan media gunting meningkat secara signifikan. Lebih lanjut dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik : 1
Grafik Jumlah Anak  Dalam Pencapaian Hasil Belajar Siswa

 

                   Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari  grafik 1 di atas dapat dilihat jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar untuk kategori baik menunjukan adanya peningkatan dari 2 orang anak pada tampilan satu siklus I bertambah menjadi 6 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus I, dan 7 orang anak pada tampilan 1 siklus II meningkat menjadi 12 orang anak pada tampilan 5 siklus II. Untuk kategori sedang terjadi perubahan secara dinamis dari 3 orang anak pada tampilan 1 siklus I menjadi 1 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus II. Untuk kategori kurang terjadi penurunan dari 8 orang anak pada tampilan 1 siklus I berkurang menjadi 0 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus II.
Grafik : 2
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Tampilan
Sum
                Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari grafik 2 terlihat bahwa prosentase anak yang hasil belajarnya Kurang (K) dari 61,54 % pada tampilan ke-1 siklus I berkurang terus sampai tidak ada atau 0 %  anak pada tampilan ke-5. Anak yang Sedang (S) dari  23,08 % pada tampilan ke-1 mengalami perubahan secara dinamis sehingga pada tampilan ke-5 tinggal 7,69 %,  sedangkan untuk anak Baik (B) dari 15,38 % pada tampilan ke-1 bertambah terus menjadi 92,31 %  diakhir tampilan siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK.  Dalam penelitian ini penulis melaksanankannya dalam 2 siklus dan masing-masing siklus sebanyak 5 kali tampilan. Dan tiap tampilan sekitar 30 menit.
Secara keseluruhan perkembangan hasil belajar anak dengan menggunakan media gunting  dengan kategori Baik dapat kita lihat pada grafik berikut :




Grafik : 3
Grafik  Pencapaian Hasil Belajar Siswa Berkriteria Baik


                     Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari grafik 3 di atas diketahui andanya peningkatan jumlah siswa dalam belajar yang mencapai hasil belajar kategori baik pada setiap tampilan. Secara keseluruhan hasil belajar siswa akhir siklus I Baik (B) 6 orang naik menjadi 12  orang pada siklus ke-II.

Grafik : 4
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Siklus
Berkategori Baik



Sumber : Olah Data Hasil Observasi
Dari grafik 4 di atas diketahui andanya peningkatan prosentase jumlah anak dalam belajar yang mencapai hasil kategori baik pada setiap tampilan. Secara keseluruhan hasil belajar anak siklus I Baik (B) 46,15% naik menjadi 92,31 % pada siklus ke-II.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan media gunting ada kecenderungan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Peningkatan tersebut harus dibarengi dengan tersedianya kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.

b.   Tampilan Guru Dalam Pembelajaran `
Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap  penampilan guru dalam  pembelajaran dengan menngunakan gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel : 16
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 1

Tampilan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
ya
15
100

Tidak
0
0

Jumlah
15
100

Sumber : Olah Hasil Observasi
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.  Dalam kolom komentar tidak  ada komentar.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 17
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 2

Tampilan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
Ya
15
100

Tidak
0
0

Jumlah
15
100

Sumber : Olah Hasil Observasi
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi semua  aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 18
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II  Tampilan 3

Tampilan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
Ya
15
100

Tidak
0
0

Jumlah
15
100

  Sumber : Data Hasil Observasi



Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi semua  aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 19
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 4

Tampilan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
Ya
15
100

Tidak
0
0

Jumlah
15
100

          Sumber : Data Hasil Observasi
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi semua  aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 20
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 5

Tampilan
Aspek yang Diamati
Komentar
Frekuensi
Prosentase
(%)
Ya
15
100

Tidak
0
0

Jumlah
15
100

Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh observer dalam  lembar observasi semua  aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Jika dirata-ratakan aspek penampilan guru pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : 21
Penampilan guru pada siklus I

Kemunculan
Aspek yang Diamati
Komentar
Rata-rata Frekuensi
Prosentase
(%)
Ya
14,4
96
4
Tidak
0,6
4

Jumlah
15
100

Sumber : Data Hasil Observasi
Dari Tabel 21 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru mencapai 96 % dengan 4 komentar dari observer. Ini artinya penampilan guru sudah dikatakan baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki.

Tabel : 22
Penampilan guru pada siklus II

Kemunculan
Aspek yang Diamati
Komentar
Rata-rata Frekuensi
Prosentase
(%)
Ya
15
100

Tidak
0
0

Jumlah
15
100

          Sumber : Data Hasil Observasi
Dari Tabel 22 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru mencapai 100 % dengan tidak ada  komentar dari observer. Ini artinya penampilan guru sudah baik dan sesuai dengan rencana yang dibuat sebelumnya.
Data penampilan guru dari siklus I dan II tersebut lebih lanjut dapat dilihat dalam grafik berikut :
Grafik : 5
Grafik Penampilan Guru per siklus

             Sumber : Data Olah Hasil observasi

Darai grafik 5 di atas menunjukan adanya perbaikan penampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dari rata-rata 96 % pada siklus I naik menjadi 100 %  pada silkus II.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penampilan guru sudah baik dan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang dibuat.

c.   Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut :
1)        Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang ditentukan, materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak, media pembelajaran telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi anak terhadap metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2)      Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah disusun, namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan kelas, juga pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena mungkin guru baru pertama dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam memperbaiki kelemahan tersebut guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan dan kegiatan yang biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam merancang kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada anak agar dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat menerima dan melaksanakan kegiatan tersebut. Alasan guru yang dapat dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan tindakan mengajar adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam penilaian reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda bintang. Anak telah mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru.  Guru juga telah dapat mengatur dan memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat meningkatkan penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.
B.       Pembahasan
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf  yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang mereka lakukan.  
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya.

Pengembangan motorik pada anak TK adalah merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental ( Sujiono, 2007: 1.14).
Secara umum menurut pengamatan penulis kemampuan motorik halus anak TK Qanitah sebelum dilakukan perbaikan sangat lemah, kemampuan motorik halusnya baru mencapai di bawah 15 % dari jumlah siswa kelompok B yang berjumlah 13 orang anak. Lemahnya kemampuan motorik halus anak terlihat ketika guru menyuruh anak untuk melakukan  menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, dan menganyam kertas, Pada umumnya mereka masih kurang terampil dalam menggerakan otot halusnya. Perhatian mereka masih tidak focus dalam pembelajaran dan anak kurang berani dalam melakukan tindakan atau melakukan gerakan-gerakan yang menuntut otot halusnya. Hal ini dapat dimengerti karena memang banyak foktor yang mempengaruhinya. Selain factor kematangan anak itu sendiri juga cara mengajar guru.   
Dari temuan-temuan dan hasil diskusi dengan teman sejawat  tentang penggunaan gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan motorik halus anak perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di samping pemberian  kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.
Berdasarkan data-data penelitian di atas yang diperoleh dari temuan-temuan selama melakukan perbaikan pembelajaran dapat dilihat bahwa penggunaan gunting dapat meningkatkan  kemampuan motorik halus pada anak TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011/2012. Peningkatan dapat kita lihat dari hasil belajar anak yang berkategori baik terus meningkat dari setiap tampilan sementara itu anak yang berkategori sedang dan kurang mengalami penurunan hampir di setiap tampilan. Bahkan untuk anak dengan kategori kurang mereka sudah tidak ada lagi pada akhir tampilan siklus ke II. Hal berbalik dengan data sebelum dilakukan perbaikan  keberhasilan anak  menurut  pengamatan penulis sebelum dilakukan perbaikan  menunjukan hanya kurang lebih 15 % anak yang berhasil dalam belajar. Berikut grafik prosentase peningkatan hasil belajar anak dalam meningkatkan motorik halus dengan menggunakan gunting.
Grafik : 6
Grafik Prosentase Hasil Belajar Anak


Sumber : Olah Data Hasil Observasi
Berdasarkan Grafik 6 di atas dapat kita lihat hasil belajar anak yang berketegori baik meningkat dari 15 % menjadi 38,46% pada siklus I dan menjadi 92,31% di siklus II. Hal ini menunjukan kemampuan motorik halus anak setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan gunting meningkat cukup besar yaitu sekitar 77,31 % .  Dengan demikian kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan menggunakan gunting.
Seperti halnya hasil belajar anak, kemampuan guru pun semakin bertambah.   Hal ini ditunjukan dengan adanya keinginan dan usaha guru untuk terus memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dirasakan selama proses pembelajaran dalam setiap tampilan dan siklus perbaikan. Dari data aspek penampilan guru menunjukan adanya peningkatan dari rata-rata  96 % dengan 4 komentar pada siklus I naik menjadi 100 %  pada siklus II dan tampa komentar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penampilan guru dalam hal ini kemampuan guru atau cara mengajar guru sudah tidak diragukan lagi. Ia sudah dapat mengajar dengan baik dan sesuai dengan perencanaan yang dibuatnya. Hal ini berarti pula bahwa pelaksanaan pembelajaran di TK Qanitah sudah dapat dilaksanakan dengan baik dan penggunaan media gunting dalam pembelajaran efektif karena dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kabupaten Bandung Barat.

 BAB V


                     PENUTUP

A.   Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan selama perbaikan pembelajaran dengan  menggunakan gunting sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan  bahwa : sebelum dilakukan perbaikan kemampuan motorik halus anak TK Qanitah secara umum sangat lemah. Lemahnya kemampuan motorik halus anak terlihat ketika guru menyuruh anak untuk melakukan  menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, dan menganyam kertas, Pada umumnya mereka masih belum terampil dalam menggerakan otot halusnya. Perhatian mereka masih tidak fokus dalam pembelajaran dan anak kurang berani dalam melakukan tindakan atau melakukan gerakan-gerakan yang menuntut otot halusnya. Hal ini dapat dimengerti karena memang banyak foktor yang mempengaruhinya. Selain faktor kematangan anak itu sendiri juga cara mengajar guru.  
Dari temuan-temuan dan hasil diskusi dengan teman sejawat  tentang penggunaan gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan motorik halus anak perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di samping pemberian  kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.


Berdasarkan data-data penelitian di atas yang diperoleh dari temuan-temuan selama melakukan perbaikan pembelajaran dapat dilihat bahwa penggunaan gunting dapat meningkatkan  kemampuan motorik halus pada anak TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011/2012. Peningkatan dapat kita lihat dari hasil belajar anak yang berkategori baik terus meningkat dari setiap tampilan sementara itu anak yang berkategori sedang dan kurang mengalami penurunan hampir di setiap tampilan. Bahkan untuk anak dengan kategori kurang mereka sudah tidak ada lagi pada akhir tampilan siklus ke II. Hal berbalik dengan data sebelum dilakukan perbaikan  keberhasilan anak  menurut  pengamatan penulis sebelum dilakukan perbaikan  menunjukan hanya kurang lebih 15 % anak yang berhasil dalam belajar.
 Pada umumnya kemampuan motorik halus anak TK Qanitah setelah dilakukan perbaikan menunjukan peningkatan yang sangat memuaskan. Hal ini terlihat dari keterlibatan anak secara langsung dalam berbagai kegiatan baik pendahuluan, inti dan kegiatan akhir sehingga menambah motivasi anak untuk lebih aktif mengikuti proses pembelajaran penggunaan media dan alat pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan mejadikan pembelajaran menjadi lebih efektif. Dari pembelajaran yang efektif ini menghantarkan  hasil belajar yang optimal. Penggunaan media gunting efektif untuk meningktakan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B di TK Qanitah  Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012. Setelah diadakan perbaikan hasil belajar anak meningkat dari 46,15 % pada siklus I menjadi 92,31% pada siklus II.

B.    Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan perbaikan tentang penggunaan media gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Qanitah   Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat disarankan sebagai berikut:
1.      Upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah selain selain dengan upaya-upaya di atas juga harus dibarengi dengan tersedianya kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.
2.      Agar hasil belajar lebih baik disarankan kesiapan belajar siswa ditingkatkan lagi.
3.      Media gunting dapat diterapkan lebih lanjut pada bidang pengembangan kemampuan motorik halus sejenis atau yang lain dengan mengambil tema yang berbeda.
4.      Pemilihan gambar-gambar berpola agar lebih bervariatif dan menarik supaya kemampuan motorik halus anak betul-betul terlatih. 



DAFTAR PUSTAKA


Ali Nugraha, 2008. “Kurikulum  dan Bahan Belajar TK” Universitas Terbuka, Jakarta.

Bambang Sujiono, dkk, 2007, “Metode Pengembangan Fisik”, Universitas Terbuka, Jakarta

IGAK Wardhani, dkk, 2008,”Penelitian Tindakan Kelas”, Universitas Terbuka, Jakarta

Tim PKP PG-PAUD, 2009, “Panduan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) Program D-II PGTK”, Universitas Terbuka, Jakarta

Tim PKP PG-PAUD, 2010, “Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional”, Universitas Terbuka, Jakarta

Tim TAP FKIP UT, 2011, “Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP”, Universitas Terbuka, Jakarta



















17 komentar:

  1. mohon saya diberi pkp nya..terimakasih...
    kirimkan ke email saya : n.yuliant82@gmail.com

    BalasHapus
  2. Minta ijin copy buat bahan rumusan PKPku Thanks...

    BalasHapus
  3. Boleh minta kirimkan pkp nya ?
    kirim ke silvya_23@yahoo.com
    terimakasih, saya tunggu :)
    sukses selalu kaka

    BalasHapus
  4. minta file pkp ini?
    kirim ke wangiarum800@gmail.com
    thanx's....

    BalasHapus
  5. masdar_dark@yahoo.co.id13 Mei 2015 pukul 19.56

    Aku butu banget file in?
    kirim yach ke masdar_dark@yahoo.coid

    BalasHapus
  6. mohon kirimkan lap PKPnya by email fauzineli@gmail.com
    sebelumnya saya ucapkan terima kasih

    BalasHapus
  7. Tolong kirimkn pkpnya di email tkmardhatillah@gmail.com

    BalasHapus
  8. Tolong kirimkn pkpnya di email tkmardhatillah@gmail.com

    BalasHapus
  9. Tolong minta filenya dong gan!,,, trims,,, kirim ke : wirawanpartii@gmail.com

    BalasHapus
  10. minta filenya pkp, kirim ke hary16751@mail.com

    BalasHapus
  11. saya sudah ngopi file anda, mhndiijini

    BalasHapus
  12. Blh mntk filek nya kirim di Saroendah@gmail.com

    BalasHapus
  13. Mohon dengan kerendahan hati untuk bisa di bagikan pkp nya ke saya...
    ferdinandusajiq@gmail.com

    BalasHapus
  14. Boleh minta filenya???
    Tolong kirim ke @sabrinainka05@gmail.com

    BalasHapus