LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL
(PKP)
PENGGUNAAN
MEDIA GUNTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK QANITAH
KECAMATAN
CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional – PAUD 4501
Disusun Oleh :
Nama : Siti Khodijah
Nim :
815118466
Pokjar :
BANDUNG
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
dasarnya setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki dorongan ingin tahu
tentang segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain,
kebendaan, kejadian maupun perbuatan. Sifat dinamis dan rasa ingin tahu
merupakan potensi dasar yang harus dikembangkan secara terarah dan optimal.
Dengan
sifat dasar alami setiap manusia,
kita bisa melihat dengan nyata dimana anak-anak begitu sering asyik
bermain-main dengan sesuatu benda atau melakukan sesuatu perbuatan yang dirinya
sendiri belum mengetahui manfaat dan bahayanya. Kondisi ini merupakan indikasi
objektif yang membenarkan bahwa setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki
rasa ingin tahu, misalnya tentang
benda-benda tajam seperti pisau, silet, cutter, alat mencocok, gunting dan
lain-lain.
Gunting sebagai salah satu dari sekian banyak benda tajam
sering anak-anak temukan, baik di rumah maupun di sekolah. Aktivitas yang
dilakukan anak-anak dengan menggunakan gunting,
itu sebenarnya suatu gejala awal yang positif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus
anak, semestinya mendapat respon yang positif dari guru dan orang tua. Gejala
tersebut merupakan modal dasar dan momentum awal yang baik bagi suatu proses
belajar, karena belajar hakikatnya adalah proses aktivitas yang terencana dan
sadar tujuan. Namun demikian kenyataan yang dilakukan pada umumnya oleh guru dan orang tua justru bersifat kontradiktif dengan
dasar-dasar kependidikan. Umumnya guru
TK atau orang
tua justru melarang murid dan anak-anak
mereka untuk memegang dan menggunakan
gunting, tanpa memberi penjelasan kepada anaknya.
Sikap perilaku tersebut semata-mata hanya karena kekhawatiran guru dan orang tua yang takut anaknya terluka karena tergunting, barang-barangnya
rusak/berantakan atau mungkin merasa jengkel dengan
segala aktivitas anaknya tersebut. Sikap semacam itu bukan hanya tidak
bijaksana, tetapi juga sekaligus dapat mematikan potensi positif dalam diri
anak.
Sebenarnya
aktivitas anak merupakan kunci pokok dari suatu kegiatan belajar. Sementara itu
interaksi anak dengan sesuatu benda atau suatu perbuatan yang dilakukan anak
merupakan suatu kegiatan yang dapat direkayasa
sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu kegiatan belajar. Seperti halnya kegiatan menggunting. Dengan demikian
sifat dinamis dan rasa ingin tahu anak tentang sesuatu benda atau perbuatan
bisa didesain menjadi suatu proses edukatif. Dalam
hal ini anak dapat diarahkan pada
perkembangan motorik.
Sujiono (2007: 1.12),
Perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar untuk terapil menggerakan anggota tubuh. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik
kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot
besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Seperti brrjalan, melompat, berlari, naik sepeda. Motorik
halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok,
menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut jelas sangat diperlukan
anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dalam standar
kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di TK adalah membantu
mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian,
dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Untuk itu anak TK belajar dari guru
tentang berbagai hal termasuk gerakan motorik halus.
Berdasarkan
observasi di TK Qanitah anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan
motorik halusnya, yang ditandai dengan
kurang terampilnya siswa dalam penggunaan media gunting. Ketidakmaksimalan ini
penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan media dalam
menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan keterampilan motorik
halusnya.
Pendidikan di TK
dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mempunyai kemampuan menyesuaikan media
sesuai dengan karakteristik tujuan anak yang diberi pembelajaran.
Untuk pengembangan
kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan motorik halusnya, maka guru-guru TK
Qanitah akan membantu meningkatkan keterampilan motorik halus anak dalam hal
memperkenalkan dan melatih gerakan halus anak, meningkatkan kemampuan
mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan
keterampilan tubuh sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat,
sehat dan terampil.
Dengan demikian, belajar melalui benda konkrit seperti media
gunting untuk meningkatkan motorik halus anak dipandang
akan lebih efektif. Oleh karena
itu dalam penelitian ini akan diangkat suatu judul “Penggunaan Media Gunting
untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak di Tk Qanitah Kecamatan Cipatat
Kabupaten Bandung Barat”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas maka secara umum pokok permasalahan penelitian ini
adalah : Bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di TK Qanitah. Mengingat luasnya permasalahan tersebut maka
penulis batasi pada sub-sub masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Gambaran kemampuan motorik halus
anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat
Kabupaten Bandung Barat?
2. Bagaimana Efektivitas penggunaan media
gunting dalam pembelajaran 3M di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat ?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan media
gunting dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak
di TK Qanitah Kecamatan Cipatat
Kabupaten Bandung Barat?
C. Tujuan
Perbaikan
1. Tujuan Secara Umum :
Untuk
mengetahui bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
2. Tujuan Secara
Khusus :
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini
adalah :
a.
Untuk memperoleh Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah
Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
b.
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media gunting dalam
pembelajaran 3M di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?
c.
Untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat?
D. Manfaat
Perbaikan
1. Manfaat Secara Teoritis
:
a. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam penggunaan media
pembelajaran pada jenjang TK.
b. Penelitian ini senantiasa menjadi
wahana untuk menerapkan kemampuan penelitian ilmiah dalam mengkaji permasalahan
di bidang pendidikan pada jenjang TK
2. Manfaat
Secara Praktis :
a. Bagi Guru, penelitian ini semoga
menjadi masukan untuk meningkatkan kemampuan dalam pemilihan media pembelajaran
yang efektif bagi pembelajaran di tingkat TK.
b. Bagi Siswa, senantiasa membangkitkan
motivasi serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di tingkat TK.
c. Bagi Lembaga, senantiasa menjadi
masukan yang baik dalam pengambilan kebijakan khususnya dalam kebijakan
pengadaan media pembelajaran di tingkat TK.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
1.
Pengertian Media
Istilah
media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”.
Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada
penerima informasi.
Media
menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs
mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar
terjadi proses belajar
2. Media Pembelajaran
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha
guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan
berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan
belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri
proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang
siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam
satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus
diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian
materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi
bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang
seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat
berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.
Media pembelajaran adalah
media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam
mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan
belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam
hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa.
Peran media dalam
komunikasi pembelajaran di TK sangat penting artinya mengingat perkembangan
anak saat itu berada pada masa konkrit. Oleh karena itu, salah satu prinsip
pembelajaran di TK adalah kekonkritan. Dengan demikian pembelajaran di TK harus
menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkret.
Prinsip kekonkritan tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai
saluran penyampai pesan dari guru kepada anak agar pesan tersebut dapat diserap
anak dengan baik. Dengan demikian diharapkan terjadi perubahan-perubahan
perilaku berupa kemampuan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Banyak hasil
penelitian menunjukan bahwa proses
pembelajaran akan lebih berhasil bila anak turut aktif dalam proses
pembelajaran tersebut. Dengan kata lain yang menjadi pusat dalam kegiatan
pembelajaran bukanlah guru melainkan anak. Hal ini berarti perlunya beragai
fasilitas belajar, termasuk media pembelajaran.
Hasil penelitian British
Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata jumlah
informasi yang diterima indra adalah :
75 %
melalui indra penglihatan
13 % melalui indra pendengaran
6 % melalui indra sentuhan dan perabaan
6 % melalui indra penciuman dan lidah.
Dari data tersebut
menunjukan bahwa penggunaan media yang dapat dilihat (visual) dalam
pembelajaran di TK lebih menguntungkan dibandingkan dengan penyampaian secara
verbal. Gunting sebagai salah satu media pembelajaran dapat digunakan guru
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3. Gunting
Dalam Kamus Bahasa
Indonesia Untuk Pendidikan Dasar hal 249 dituliskan “Gunting” kb 1 alat
perkakas untuk memotong kain (rambut dan sebagainya) 2 menggunting kk
memotong (memangkas dan sebagainya) dengan memakai gunting.
4. Langkah-langkah Penggunaan Media
Gunting
a. Guru menyediakan peralatan
gunting sesuai dengan jumlah anak
b. Guru menyediakan lembaran
kertas kosong sesuai dengan jumlah anak
c. Guru menjelaskan kepada
anak cara memegang gunting yang benar
d. Guru menjelaskan kepada
anak cara menggunting kertas yang baik dan benar
e. Guru memeriksa hasil
pekerjaan anak dalam menggunting kertas
f. Guru memperbaiki beberapa
anak yang kurang mampu cara menggunting kertas yang baik dan benar
g. Guru membagikan kertas
berpola gambar yang sudah disiapkan
sebelumnya
h. Guru memperagakan cara menggunting
kertas berpola gambar yang baik dan benar
i.
Anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar
seperti yang telah diperagakan guru
j.
Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan
k. Guru memberikan penilaian
hasil pekerjaaan anak
5. Manfaat Media
Pembelajaran
Secara umum manfaat media
pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga
kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus
manfaat media pembelajaran adalah:
a.
Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang
berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan
informasi diantara siswa dimanapun berada.
b.
Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar,
gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru
untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak
membosankan.
c.
Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara
aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
d.
Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai
secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus
menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian
menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
e.
Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi
belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari
guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan
kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media
pemahaman siswa akan lebih baik.
f.
Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun
dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di
sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
g.
Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga
mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri
sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h.
Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki
waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti
membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar,
dan lain-lain
B. Perkembangan
Motorik Halus
1. Pengertian Perkembangan
Motorik Halus
Menurut
Nursalam (2005) perkembangan motorik halus adalah “kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak
memerlukan banyak tenaga.”
Sedangkan
menurut Moelichatoen (2004) motorik halus adalah “merupakan kegiatan yang
menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak”.
2. Kemampuan Motorik Halus Anak TK
a.
Anak Usia 3-4 Tahun
1) Menggunting kertas menjadi dua bagian
2) Mencuci dan mengelap tangan sendiri
3) Mengaduk cairan dengan sendok
4) Menuang air dari teko
5) Memegang garpu dengan cara menggenggam
6) Membawa sesuatu dengan penjepit
7) Apabila diberikan gambar kepala badan manusia
yang belum lengkap, ia akan dapat menambahkan paling sedikit dua organ tubuh
8) Membuka kancing dan melepas ikat pinggang
9) menggambar lingkaran namun bentuknya masih kasar.
b. Anak Usia 4-5 Tahun
1)
mengikat tali sepatu
2)
memasukan surat ke dalam amplop
3)
memoleskan selai di atas roti
4)
membentuk berbagai objek dengan tanah liat
5)
mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju
6)
memasukan benang ke dalam lubang jarum (Sujiono, 2007:1.15-1.16)
3. Fungsi
Perkembangan Motorik Halus
Menurut
Mudjito (2007: ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan
motorik halus yaitu :
a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya
dan memperoleh perasaan senang.
b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari
kondisi helpessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan sekolah.
4. Karakter Perkembangan
Motorik Halus Anak
Karakter
perkembangan motorik halus menurut Walkay dalam Mudjito (2007) dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus yang paling utama adalah:
a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan
gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi.
b. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik
halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah
lebih cepat, bahkan cenderung sempurna.
c. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik
anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah
koordinasi mata.
d. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6
tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk
menggunakan ujung pensil.
5. Faktor – Faktor Perkembangan Motorik Anak
Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat
dilakukan oleh guru TK adalah :
a. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan
anak melatih keterampilan motoriknya.
b. Setiap anak memiliki jangka waktu
sendiri dalam menguasai suatu keterampilan.
c. Aktivitas fisik anak yang bervariasi,
yaitu aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil menggerakkan anggota
tubuh.
d. Aktivitas fisik anak dapat mencapai
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan perkembangannya.
6. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
TK
Motorik
adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan
gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan
pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat
motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan
syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana
apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai
dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang berfungsi sebagai
bagian dari susunan syaraf yang mengatur
dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Aktivitas
anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan, otak
terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama
jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat
kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan
perkembangan motorik anak, perkembangan motorik berhubungan dengan perkembangan
kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam perkembangan motorik anak,
oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara
jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang mereka lakukan.
Perkembangan
motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik kasar dan
gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan
koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Seperti meloncat, memanjat,
berlari, menaiki sepeda, berdiri dengan satu kaki dan sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan
bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan
gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata
dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik
halus yang terlihat saat usia TK, antara
lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu
sendiri, menggunting dan sebagainya.
Pengembangan motorik pada anak TK adalah merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan
yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak
belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan
pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin
baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti
menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak
semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam
melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan
fisik serta kematangan mental ( Sujiono, 2007: 1.14).
Untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan
bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai
guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Informasi
Subjek Penelitian
Perbaikan
kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Qanitah Kecamatan Cipatat
Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan media gunting. Seberapa
besar kontribusi yang diberikan dengan media ini, sehingga akan tercapai
kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik bagi anak.
Nama
Lokasi : Taman
Kanak-kanak Qanitah
Kelompok : B
Tema
/ Sub Tema : Siklus I
Makanan/Macam-macam makanan
Siklus II Pakaian/macam-macam pakaian
Waktu
: Siklus
I Tanggal 3 - 7 Oktober 2011
Siklus II Tanggal 10 – 14 Oktober 2011
Jumlah seluruh siswa kelompok B adalah 13 orang, terdiri
dari 7 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Kemampuan masing-masing
anak di TK Qanitah berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena
memang mereka datang dari latar belakang yang berbeda seperti latar belakang keluarga dan tempat tinggal.
Tapi secara umumnya tumbuh kembang semua anak di sekolah
terlihat baik, karena guru memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
perkembangan anak TK.
B. Deskripsi per
Siklus
Kegiatan
pengembangan ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari lima hari pembelajaran, 5 SKH, 5 skenario perbaikan dan 5 lembar
observasi.
Dalam
melaksanakan kegiatan perbaikan perkembangan, disusun secara rinci yang dimulai
dengan membuat perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi dan
lembar refleksi, yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelebihan dan kelemahan
pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada kegiatan yang akan
dilaksanakan berikutnya.
1.
Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus 1 diawali
dengan membuat perencanaan pembelajaran atau SKH (Satuan Kegiatan Harian).
SKH 1
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam,
berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam makanan kesukaan dan bernyanyi “aku
anak sehat”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting
gambar buah apel, menghubungkan tulisan dengan gambar dan mengelompokkan gambar
macam-macam makanan.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan
dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk
sate”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
SKH 2
1)
Pembukaan
Diawali
dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan kesukaan dan
bertepuk “tepuk kuman”.
2)
Inti
Di
kegiatan ini anak menggunting gambar es krim, mengurutkan gambar dengan huruf
dan menghitung jumlah makanan.
3)
Istirahat
Anak-anak
sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)
Penutup
Di
kegiatan akhir anak bernyanyi “buah-buahan (Bahasa Inggris)”, evaluasi,
berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
SKH 3
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam,
berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan binatang dan bernyanyi individual.
2)
Inti
Di
kegiatan ini anak menggunting gambar ikan, menghubungkan makanan binatang
dengan tulisannya dan mengelompokkan makanan binatang.
3)
Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan
dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk
ikan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
SKH 4
1)
Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam,
berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam minuman dan bernyanyi “pok
ame-ame”.
2)
Inti
Di kegiatan ini anak menggunting
gambar gelas, menebalkan tulisan macam-macam minuman dan menghubungkan gambar dengan
bilangan.
3)
Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan
dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)
Penutup
Di kegiatan akhir anak mendengarkan
sajak sederhana “aku sehat”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan
pulang.
SKH 5
1)
Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam,
berdo’a, bercakap-cakap tentang minuman kesukaan dan menebak judul lagu .
2)
Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar
minuman kesukaan dari koran atau majalah, menghubungkan gambar dengan
tulisannya dan mengelompokkan gambar minuman.
3)
Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan
dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)
Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “kalau
kau senang hati”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
b.
Langkah-langkah
perbaikan
1)
Skenario perbaikan SKH 1
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
2)
Skenario perbaikan SKH 2
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
3)
Skenario perbaikan SKH 3
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
4)
Skenario perbaikan SKH 4
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
5)
Skenario perbaikan SKH 5
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
c.
Pelaksanaan
1)
Menentukan Penilai
1 dan 2
Penilai
1 adalah Ibu Nani Cahyani, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak Carlim, S.Ag.,
dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai dan
ditandatangani oleh kepala sekolah TK Qanitah yang beralamat di Kp. Kiara RT 01
RW 12 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
2)
Tugas Penilai 1 dan
2
Tugas
penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2,
menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi dan
menyerahkan APKG 1 dan 2 kepada Praktikan.
Tugas
penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2,
menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi, menyerahkan
APKG 1 dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.
3)
Tugas Supervisor
Memberikan
orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai rancangan satu
siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar observasi,
refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan
memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai
praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.
d.
Prosedur Kegiatan
Pengembangan
Prosedur
kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan penjelasan tentang gunting,
mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak menggunting gambar yang telah
disediakan guru juga yang di ambil dari
koran dan majalah dengan mengutamakan proses pelaksanaan pembelajaran dari pada
melihat hasil akhir.
e.
Pengamatan/Pengumpulan
data/instrumen
Dalam
melaksanakan perbaikan pengembangan pembelajaran pada siklus 1 dan 2
menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak,
menetapkan instrumen penilaian dan data observasi
f.
Refleksi
Setelah
melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pengembangan penelitian meninjau kembali
apa saja kelemahan dan kekuatan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dan
apa saja hal-hal yang perlu diperbaiki selanjutnya. Hasil refleksi dari
skenario perbaikan 1-5 kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan setelah
melaksanakan :
·
Skenario perbaikan
1
Kekuatan : dengan
memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahaya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan :
masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.
·
Skenario perbaikan
2
Kekuatan :
dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan: masih ada anak yang
belum bisa menggunakan gunting dengan benar.
·
Skenario perbaikan
3
Kekuatan : dengan memberikan
penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan melaksanakan kegiatan
menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting bentuk.
Kelemahan: masih ada anak yang
belum bisa menggunting gambar dengan benar.
·
Skenario perbaikan
4
Kekuatan : dengan memberikan
penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting,
sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar
pola.
·
Skenario perbaikan
5
Kekuatan : dengan memberikan
penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting,
sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar
dari majalah atau koran.
Dalam
merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran teradapat kekuatan dan
kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan pembelajaran yang
menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan tindakan perbaikan
pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat disimpulkan :
Kekuatan
diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu
melihat kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan
perbaikan pengembangan pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai,
dan merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk menggunakan strategi
pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Kelemahan diri : selain
memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang tidak
membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran dengan
menggunakan media gunting sering dilakukan.
2.
Siklus II
a.
Perencanaan
Perencanaan
pada siklus II diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau SKH (Satuan
Kegiatan Harian).
SKH 6
1).
Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam,
berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam jenis pakaian dan bermain tepuk “tepuk
polisi”.
2).
Inti
Di kegiatan ini anak menggunting
gambar baju, menghubungkan gambar macam-macam pakaian dengan tulisannya dan
mengelompokkan gambar macam-macam pakaian.
3).
Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan
dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4).
Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “polingga”,
evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
SKH 7
1)
Pembukaan
Diawali
dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian untuk bekerja
dan bertepuk “tepuk dokter”.
2)
Inti
Di
kegiatan ini anak menggunting gambar jenis-jenis pakaian untuk bekerja, menebalkan
tulisan dan menghitung gambar pakaian.
3)
Istirahat
Anak-anak
sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)
Penutup
Di
kegiatan akhir anak bernyanyi “pak pilot”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.
SKH 8
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam,
berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian daerah dan bernyanyi “senggol
dendang”.
2)
Inti
Di
kegiatan ini anak menggunting gambar pakaian adat,menulis huruf depan gambar dan
menyebutkan urutan bilangan dengan gambar.
3)
Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan
dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk
kabayan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
SKH 9
1)
Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam,
berdo’a, bercakap-cakap tentang baju boneka dan bernyanyi “abdi gaduh boneka”.
2)
Inti
Di kegiatan ini anak menggunting
gambar boneka, menebalkan tulisan minuman dan mengelompokkan gambar dengan
bilangan.
3)
Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan
dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)
Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk
badut”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
SKH 10
1)
Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam,
berdo’a, bercakap-cakap tentang asal mula pakaian dan bernyanyi kelompok.
2)
Inti
Di kegiatan ini anak menggunting kain,
menghubungkan gambar dengan tulisannya dan mengurutkan gambar dengan angka.
3)
Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan
dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)
Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk
kupu-kupu”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.
b.
Langkah-langkah
perbaikan
1)
Skenario perbaikan SKH 6
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
2)
Skenario perbaikan SKH 7
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
3)
Skenario perbaikan SKH 8
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
4)
Skenario perbaikan SKH 9
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
5)
Skenario perbaikan SKH 10
Guru memberikan penjelasan tentang
manfaat gunting dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan
alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak
untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses
menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali
gunting ke tempat semula.
c.
Pelaksanaan
1)
Menentukan Penilai
1 dan 2
Penilai
1 adalah Ibu Nani Cahyani, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak Carlim, S.Ag.,
dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai dan
ditandatangani oleh kepala sekolah TK Qanitah yang beralamat di Kp. Kiara RT 01
RW 12 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
2)
Tugas Penilai 1 dan
2
Tugas
penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2,
menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi dan
menyerahkan APKG 1 dan 2 kepada Praktikan.
Tugas
penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2,
menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi, menyerahkan
APKG 1 dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.
3)
Tugas Supervisor
Memberikan
orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai rancangan satu
siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar observasi,
refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan
memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai
praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.
d.
Prosedur Kegiatan
Pengembangan
Prosedur
kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan pejelasan tentang gunting,
mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak menggunting gambar yang telah
disediakan guru juga yang di ambil dari
koran dan majalah dengan mengutamakan proses dari pada hasil akhir.
e.
Pengamatan/Pengumpulan
data/instrumen
Dalam
melaksanakan perbaikan pengembangan pada siklus 1 dan 2 menggunakan pengumpulan
data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak, menetapkan instrumen
penilaian dan data observasi.
f.
Refleksi
Setelah
melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran dan pengembangan, peneliti
melakukan refleksi diri apakah selama melaksanakan perbaikan pengembangan
memiliki kelebihan atau kekurangan untuk diperbaiki selanjutnya.
·
Skenario perbaikan
6
Kekuatan : dengan memberikan
penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting,
sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan
benar.
·
Skenario perbaikan
7
Kekuatan : dengan memberikan
penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting,
sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan: masih ada anak yang
belum bisa menggunakan gunting dengan benar.
·
Skenario perbaikan
8
Kekuatan : dengan memberikan
penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan melaksanakan kegiatan
menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting bentuk.
Kelemahan: masih ada anak yang belum
bisa menggunting gambar dengan benar.
·
Skenario perbaikan
9
Kekuatan : dengan memberikan
penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting,
sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar
pola.
·
Skenario perbaikan
10
Kekuatan : dengan memberikan
penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya gunting,
sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar
dari majalah atau koran.
Dalam
merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran terdapat kekuatan dan
kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan pembelajaran yang
menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan tindakan perbaikan
pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat disimpulkan :
Kekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi,
terlebih dahulu melihat kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan pembelajaran dapat terlaksana
dengan hasil yang sesuai, dan merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk
menggunakan strategi pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan yang
dilaksanakan.
Kelemahan diri : selain
memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang tidak
membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran dengan
menggunakan media gunting sering dilakukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Per Siklus
Berdasarkan
temuan-temuan dari kegiatan perbaikan yang dilakukan selama 2 siklus yang
terdiri dari 10 kali tampilan di kelas, baik yang berkaitan dengan perolehan
hasil belajar anak maupun peneliti serta temuan-temuan pengamatan teman sejawat
yang berkaitan dengan pelaksanaan perbaikan pengembangan diperoleh data sebagai
berikut :
1.
Siklus
I
a. Hasil Belajar Anak
Siklus
I saya laksanakan dari tanggal 3 – 7 Oktober 2011.
Dari siklus I diperoleh data hasil belajar siswa dengan menggunakan media gunting sebagai
berikut :
Tabel : 1
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan
ke-1
Nilai
|
Siklus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
2
|
15,38
|
Baik
|
√
|
3
|
23,08
|
Sedang
|
O
|
8
|
61,54
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil
menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 2 orang anak, jumlah
anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya
anak yang kurang berjumlah 8 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar
belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik baru 15,38 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 2
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan
ke-2
Nilai
|
Siklus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
3
|
23,08
|
Baik
|
√
|
4
|
30,77
|
Sedang
|
O
|
6
|
46,15
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil
menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 3 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan
kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 6 orang
anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini
jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan
guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 23,08 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
Tabel : 3
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan
ke-3
Nilai
|
Siklus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
4
|
30,77
|
Baik
|
√
|
4
|
30,77
|
Sedang
|
O
|
5
|
38,46
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa
anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 4 orang anak,
jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 4 orang
anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal
ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang
diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 30,77 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
Tabel : 4
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan
ke-4
Nilai
|
Siklus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
5
|
38,46
|
Baik
|
√
|
3
|
23,08
|
Sedang
|
O
|
5
|
38,46
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa
anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 5 orang anak,
jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5
orang anak. Sehingga
dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam
pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 38,46 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
Tabel : 5
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan
ke-5
Nilai
|
Sikulus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
6
|
46,15
|
Baik
|
√
|
3
|
23,08
|
Sedang
|
O
|
4
|
30,77
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil
menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 6 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan
kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang
anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini
jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan
guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 46,15 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
b. Tampilan Guru Dalam
Pembelajaran
Data
hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap penampilan guru dalam pembelajaran dengan mengunakan gunting untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel : 6
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 1
Kemunculan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
ya
|
13
|
87
|
|
tidak
|
2
|
13
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi 13 aspek
menunjukan kemunculan ya dan 2 aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini
artinya bahwa penampilan guru masih belum sesuai dengan perencanaan yang
dibuat.
Dilihat
dari jumlah prosentase aspek kemunculan
ya sebesar 87 %. Hal ini menunjukan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 7
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 2
Kemunculan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
Ya
|
14
|
93
|
|
Tidak
|
1
|
7
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi 14 aspek menunjukan kemunculan ya dan 1 aspek
sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru masih
belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat
dari jumlah prosentase aspek kemunculan
ya sebesar 93 %. Hal ini menunjukan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 8
Data Hasil Observasi Tentang Peanampilan Guru Siklus I Tampilan 3
Tampilan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
ya
|
15
|
100
|
2
|
tidak
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi 15 aspek menunjukan kemunculan ya dan 0 aspek sisanya atau tidak ada aspek yang menunjukan
kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan
perencanaan yang dibuat. Namun demikian
masih ada 2 komentar yang merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru dalam
pembelajaran.
Dilihat
dari jumlah prosentase aspek kemunculan
ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 9
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 4
Tampilan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
Ya
|
15
|
100
|
1
|
Tidak
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi semua
aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai
dengan perencanaan yang dibuat. Namun
demikian masih ada 1 komentar yang merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru
dalam pembelajaran.
Dilihat
dari jumlah prosentase aspek kemunculan
ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 10
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 5
Tampilan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
Ya
|
15
|
100
|
|
Tidak
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi semua
aspek menunjukan kemunculan ya dan dalam
kolom komentar menunjukan tidak ada komentar. Ini artinya bahwa penampilan guru benar-benar sudah
sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan bahwa langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
c.
Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat
dihimpun adalah sebagai berikut :
1)
Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan
yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang ditentukan, materi
yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak, media pembelajaran
telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi anak terhadap
metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang
beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2)
Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan
SKH yang telah disusun, namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan,
pengelolaan kelas, juga pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya
karena mungkin guru baru pertama dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta
belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam memperbaiki kelemahan tersebut guru
melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan dan kegiatan yang biasa/rutin
dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah disesuaikan dengan
tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam merancang kegiatan disesuaikan
dengan atan dengan memberi kesempatan kepada anak agar dapat berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat menerima dan melaksanakan
kegiatan tersebut. Alasan guru yang dapat dipertangungjawabkan dalam mengambil
keputusan dan tindakan mengajar adalah menerapkan prinsip belajar sambil
bermain dan bermain seraya belajar. Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas
belum sepenuhnya dapat menerima pembelajaran yang dilaksanakan guru karena
masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya sendiri. Sebagaian anak dapat
menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam penilaian reaksi anak sangat
antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda bintang. Anak telah
mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru. Guru juga telah dapat mengatur dan
memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat meningkatkan
penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.
2.
Siklus II
a.
Hasil
Belajar Anak
Siklus kedua saya
laksanakan berdasarkan hasil yang belum maksimal dari siklus I maka diadakan
pendekatan bagi siswa yang masih jauh dari yang diharapkan tentang pelaksanaan
kegiatan pembelajarannya. Penulis memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih berani
mencoba menggunakan gunting dan pemberian motivasi melalui pejelasan tentang penggunaan
gunting.
Siklus II
dilaksanakan tanggal 10 – 14 Oktober 2011, dari kegiatan siklus II ini diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel : 11
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan
ke-1
Nilai
|
Siklus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
7
|
53,85
|
Baik
|
√
|
2
|
15,38
|
Sedang
|
O
|
4
|
30,77
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa
anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 7 orang anak,
jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 2 orang
anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal
ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang
diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 53,85 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum
berhasil.
Tabel : 12
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan
ke-2
Nilai
|
Siklus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
8
|
61,54
|
Baik
|
√
|
3
|
23,08
|
Sedang
|
O
|
2
|
15,38
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa
anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 8 orang anak,
jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal
ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang
diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 61,54%. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 13
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan
ke-3
Nilai
|
Sikulus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
9
|
69,23
|
Baik
|
√
|
2
|
15,38
|
Sedang
|
O
|
2
|
15,38
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa
anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 9 orang
anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal
ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang
diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru 69,23 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.
Tabel : 14
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan
ke-4
Nilai
|
Siklus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
10
|
76,92
|
Baik
|
√
|
3
|
23,08
|
Sedang
|
O
|
0
|
0,00
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa
anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 10 orang anak,
jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal
ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang
diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik mencapai 76,92 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.
Tabel : 15
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan
ke-5
Nilai
|
Siklus I
|
Keterangan
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
•
|
12
|
92,31
|
Baik
|
√
|
1
|
7,69
|
Sedang
|
O
|
0
|
0,00
|
Kurang
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa
anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik yaitu berjumlah 12 orang
anak, jumlah anak yang berhasil
menggunting dengan kategori sedang 1 orang anak dan sisanya anak yang kurang
berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal
ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai dengan yang
diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan
kategori baik baru mencapai 92,31 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sangat
berhasil.
Secara keseluruhan dari tabel data hasil belajar anak dengan menggunakan media gunting siklus I dan II di atas dapat
kita lihat untuk kategori Baik (B) adalah sebagai berikut Tampilan 1 sebanyak 2 orang anak atau = 15,38 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08 %, Tampilan 3 bertambah menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, Tampilan 4 bertambah menjadi 5 orang anak atau 38,46 %, Tampilan 5 bertambah menjadi 6 orang anak atau = 46,15 %, Tampilan 1 Siklus
II bertambah 7 orang anak atau = 53,85 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 8 orang anak atau = 61,54%, Tampilan 3
bertambah menjaadi 9 orang anak atau 69,23,
Tampilan 4 bertambah menjadi 10 orang anak atau = 76,92
% dan Tampilan 5 bertambah menjadi 12 orang anak atau = 92,31 %. Hasil belajar anak dalam
pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk kategori Sedang (S) siklus
I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 3 siswa atau = 23,08 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 4
siswa atau = 30,77 %, Tampilan 3 tetap 4 siswa atau = 30,77 %, Tampilan 4
tetap 3 siswa atau 23,08 %, Tampilan 5 tetap 3 orang
anak atau = 23,08 %, Siklus II Tampilan 1 berkurang lagi menjadi 2 orang
anak atau = 15,38 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang
anak atau = 23,08%, Tampilan 3 berkurang menjadi 2 orang
anak atau 15,38,
Tampilan 4 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08 %
dan Tampilan 5 berkurang menjadi 1 orang anak atau =7,69 %.
Hasil belajar anak dalam
pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk kategori Kurang (K) siklus
I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 8 orang anak atau = 61,54 %, Tampilan 2 berkurang menjadi 6 orang anak atau = 46,15 %, Tampilan 3 bertambah menjadi 5 orang anak atau = 38,46 %, Tampilan 4
tetap 5 orang anak atau 38,46 %,
Tampilan 5 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, siklus II Tampilan 1 berkurang menjadi
4 orang anak atau = 30,77 %, Tampilan 2
berkurang menjadi 2 oranag anak atau = 15,38%, Tampilan 3 tetap 2 orang
anak atau = 15,38 %, Tampilan 4 dan Tampilan 5 berkurang menjadi 0 siswa atau
= 0,00 %.
Dari
siklus I dan II dengan
10 kali tampilan hasil belajar siswa dengan menggunakan media gunting
menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini
berarti juga bahwa kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran dengan
menggunakan media gunting meningkat secara signifikan. Lebih
lanjut dapat dilihat pada
grafik dibawah ini :
Grafik : 1
Grafik Jumlah
Anak Dalam Pencapaian
Hasil Belajar Siswa
Sumber : Olah Data Hasil Observasi
Dari grafik 1 di
atas dapat dilihat jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar untuk kategori
baik menunjukan adanya peningkatan dari 2 orang anak pada tampilan satu siklus
I bertambah menjadi 6 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus I, dan 7 orang
anak pada tampilan 1 siklus II meningkat menjadi 12 orang anak pada tampilan 5
siklus II. Untuk kategori sedang terjadi perubahan secara dinamis dari 3 orang
anak pada tampilan 1 siklus I menjadi 1 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus
II. Untuk kategori kurang terjadi penurunan dari 8 orang anak pada tampilan 1
siklus I berkurang menjadi 0 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus II.
Grafik : 2
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per
Tampilan
Sumber : Olah Data Hasil Observasi
Dari grafik 2 terlihat bahwa prosentase anak yang hasil
belajarnya Kurang (K) dari 61,54 % pada tampilan ke-1 siklus I berkurang terus
sampai tidak ada atau 0 % anak pada tampilan
ke-5. Anak yang Sedang
(S) dari 23,08 % pada tampilan ke-1 mengalami perubahan secara dinamis
sehingga pada tampilan ke-5 tinggal 7,69 %,
sedangkan untuk anak Baik (B) dari 15,38 % pada tampilan ke-1 bertambah terus menjadi 92,31 % diakhir tampilan siklus II. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak TK. Dalam penelitian ini penulis melaksanankannya
dalam 2 siklus dan masing-masing siklus sebanyak 5 kali tampilan. Dan tiap tampilan
sekitar 30 menit.
Secara
keseluruhan perkembangan hasil belajar anak dengan menggunakan media
gunting dengan
kategori Baik dapat kita lihat pada grafik berikut :
Grafik : 3
Grafik Pencapaian
Hasil Belajar Siswa Berkriteria Baik
Sumber : Olah Data Hasil Observasi
Dari grafik 3
di atas diketahui andanya peningkatan jumlah siswa dalam belajar yang mencapai
hasil belajar kategori baik pada setiap tampilan. Secara keseluruhan
hasil belajar siswa akhir siklus I Baik (B) 6
orang naik menjadi 12 orang pada siklus
ke-II.
Grafik : 4
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Per Siklus
Berkategori Baik
Sumber : Olah Data Hasil Observasi
Dari grafik 4 di atas diketahui andanya peningkatan prosentase
jumlah anak dalam belajar yang
mencapai hasil kategori baik pada setiap tampilan. Secara keseluruhan hasil belajar
anak siklus I Baik
(B) 46,15% naik menjadi 92,31 % pada siklus ke-II.
Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan media gunting ada
kecenderungan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah
Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Peningkatan tersebut harus dibarengi
dengan tersedianya kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel.
Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat
dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.
b.
Tampilan Guru Dalam Pembelajaran `
Data
hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap penampilan guru dalam pembelajaran dengan menngunakan gunting untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel : 16
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 1
Tampilan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
ya
|
15
|
100
|
|
Tidak
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Olah Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi semua
aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai
dengan perencanaan yang dibuat. Dalam kolom
komentar tidak ada komentar.
Dilihat
dari jumlah prosentase aspek kemunculan
ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 17
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 2
Tampilan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
Ya
|
15
|
100
|
|
Tidak
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Olah Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat
dari jumlah prosentase aspek kemunculan
ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 18
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 3
Tampilan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
Ya
|
15
|
100
|
|
Tidak
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber
: Data Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi
semua aspek menunjukan kemunculan ya.
Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang
dibuat.
Dilihat
dari jumlah prosentase aspek kemunculan
ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 19
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 4
Tampilan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
Ya
|
15
|
100
|
|
Tidak
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi
semua aspek menunjukan kemunculan ya.
Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang
dibuat.
Dilihat
dari jumlah prosentase aspek kemunculan
ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 20
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 5
Tampilan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
Ya
|
15
|
100
|
|
Tidak
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari
Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi
semua aspek menunjukan kemunculan ya.
Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang
dibuat.
Dilihat
dari jumlah prosentase aspek kemunculan
ya sebesar 100 %. Hal ini menunjukan
bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Jika
dirata-ratakan aspek penampilan guru pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel : 21
Penampilan guru pada siklus I
Kemunculan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Rata-rata Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
Ya
|
14,4
|
96
|
4
|
Tidak
|
0,6
|
4
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Data Hasil
Observasi
Dari
Tabel 21 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru mencapai 96 %
dengan 4 komentar dari observer. Ini artinya penampilan guru sudah dikatakan
baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki.
Tabel : 22
Penampilan guru pada siklus II
Kemunculan
|
Aspek yang Diamati
|
Komentar
|
|
Rata-rata Frekuensi
|
Prosentase
(%)
|
||
Ya
|
15
|
100
|
|
Tidak
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber : Data
Hasil Observasi
Dari
Tabel 22 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru mencapai 100 %
dengan tidak ada komentar dari observer.
Ini artinya penampilan guru sudah baik dan sesuai dengan rencana yang dibuat
sebelumnya.
Data
penampilan guru dari siklus I dan II tersebut lebih lanjut dapat dilihat dalam
grafik berikut :
Grafik : 5
Grafik Penampilan Guru per siklus
Sumber : Data
Olah Hasil observasi
Darai
grafik 5 di atas menunjukan adanya perbaikan penampilan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dari rata-rata 96 % pada siklus I naik menjadi 100 % pada silkus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penampilan guru sudah baik dan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang
dibuat.
c.
Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat
dihimpun adalah sebagai berikut :
1)
Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan
yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang ditentukan, materi
yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak, media pembelajaran
telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi anak terhadap
metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang
beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2)
Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah disusun, namun masih
ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan kelas, juga pemanfaatan
waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena mungkin guru baru pertama dan
belum beradaptasi dengan lingkungan serta belum optimalnya penataan kegiatan.
Dalam memperbaiki kelemahan tersebut guru melakukannya dengan cara menyesuaikan
keadaan dan kegiatan yang biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam
merancang kegiatan sudah disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak.
Penyebab kekuatan dalam merancang kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi
kesempatan kepada anak agar dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Hal-hal unik positif yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagian
besar anak dapat menerima dan melaksanakan kegiatan tersebut. Alasan guru yang
dapat dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan tindakan mengajar
adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar.
Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima
pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan
kegiatannya sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan
guru. Dalam penilaian reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan
pujian dan tanda bintang. Anak telah mencapai indikator kemampuan yang
ditetapkan guru. Guru juga telah dapat
mengatur dan memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup
telah dapat meningkatkan penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.
B. Pembahasan
Motorik
adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan
gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan
pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat
motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan
syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana
apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai
dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang berfungsi sebagai
bagian dari susunan syaraf yang mengatur
dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Aktivitas
anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan, otak
terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama
jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat
kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan
perkembangan motorik anak, perkembangan motorik berhubungan dengan perkembangan
kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam perkembangan motorik
anak, oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat
secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang mereka lakukan.
Gerakan motorik halus
adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan
menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik halus
yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah
anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya.
Pengembangan motorik pada anak TK adalah merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan
yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak
belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan
pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin
baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti
menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak
semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama.
Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan
keterampilan fisik serta kematangan mental ( Sujiono, 2007: 1.14).
Secara umum menurut
pengamatan penulis kemampuan motorik halus anak TK Qanitah sebelum dilakukan
perbaikan sangat lemah, kemampuan motorik halusnya baru mencapai di bawah 15 %
dari jumlah siswa kelompok B yang berjumlah 13 orang anak. Lemahnya kemampuan
motorik halus anak terlihat ketika guru menyuruh anak untuk melakukan menggunting kertas, menyatukan dua lembar
kertas, dan menganyam kertas, Pada umumnya mereka masih kurang terampil dalam menggerakan
otot halusnya. Perhatian mereka masih tidak focus dalam pembelajaran dan anak
kurang berani dalam melakukan tindakan atau melakukan gerakan-gerakan yang
menuntut otot halusnya. Hal ini dapat dimengerti karena memang banyak foktor
yang mempengaruhinya. Selain factor kematangan anak itu sendiri juga cara
mengajar guru.
Dari temuan-temuan
dan hasil diskusi dengan teman sejawat
tentang penggunaan gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan
kemampuan motorik halus anak perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya dan
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya. Di samping pemberian kesempatan waktu belajar yang lebih panjang
dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu
kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu
siswa hendak pulang.
Untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan
bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai
guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.
Berdasarkan
data-data penelitian di atas yang diperoleh dari temuan-temuan selama melakukan
perbaikan pembelajaran dapat dilihat bahwa penggunaan gunting dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus
pada anak TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011/2012.
Peningkatan dapat kita lihat dari hasil belajar anak yang berkategori baik
terus meningkat dari setiap tampilan sementara itu anak yang berkategori sedang
dan kurang mengalami penurunan hampir di setiap tampilan. Bahkan untuk anak
dengan kategori kurang mereka sudah tidak ada lagi pada akhir tampilan siklus
ke II. Hal berbalik dengan data sebelum dilakukan perbaikan keberhasilan anak menurut
pengamatan penulis sebelum dilakukan perbaikan menunjukan hanya kurang lebih 15 % anak yang berhasil
dalam belajar. Berikut grafik prosentase peningkatan hasil belajar anak dalam
meningkatkan motorik halus dengan menggunakan gunting.
Grafik : 6
Grafik Prosentase Hasil Belajar Anak
Sumber
: Olah Data Hasil Observasi
Berdasarkan Grafik 6 di
atas dapat kita lihat hasil belajar anak yang berketegori baik meningkat dari 15
% menjadi 38,46% pada siklus I dan menjadi 92,31% di siklus II. Hal ini menunjukan
kemampuan motorik halus anak setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
gunting meningkat cukup besar yaitu sekitar 77,31 % . Dengan demikian kemampuan motorik halus anak
dapat ditingkatkan dengan menggunakan gunting.
Seperti halnya hasil
belajar anak, kemampuan guru pun semakin bertambah. Hal ini ditunjukan dengan adanya keinginan
dan usaha guru untuk terus memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dirasakan
selama proses pembelajaran dalam setiap tampilan dan siklus perbaikan. Dari
data aspek penampilan guru menunjukan adanya peningkatan dari rata-rata 96 % dengan 4 komentar pada siklus I naik
menjadi 100 % pada siklus II dan tampa
komentar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penampilan guru dalam hal ini
kemampuan guru atau cara mengajar guru sudah tidak diragukan lagi. Ia sudah
dapat mengajar dengan baik dan sesuai dengan perencanaan yang dibuatnya. Hal
ini berarti pula bahwa pelaksanaan pembelajaran di TK Qanitah sudah dapat
dilaksanakan dengan baik dan penggunaan media gunting dalam pembelajaran efektif
karena dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kabupaten
Bandung Barat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
temuan-temuan selama perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan gunting sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : sebelum
dilakukan perbaikan kemampuan motorik halus anak TK Qanitah secara umum sangat
lemah. Lemahnya kemampuan motorik halus anak terlihat ketika guru menyuruh anak
untuk melakukan menggunting kertas, menyatukan dua lembar
kertas, dan menganyam
kertas, Pada umumnya mereka masih belum terampil dalam
menggerakan otot halusnya. Perhatian mereka masih tidak fokus dalam
pembelajaran dan anak kurang berani dalam melakukan tindakan atau melakukan
gerakan-gerakan yang menuntut otot halusnya. Hal ini dapat dimengerti karena
memang banyak foktor yang mempengaruhinya. Selain faktor kematangan anak itu
sendiri juga cara mengajar guru.
Dari temuan-temuan
dan hasil diskusi dengan teman sejawat
tentang penggunaan gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan
kemampuan motorik halus anak perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya dan
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya. Di samping pemberian kesempatan waktu belajar yang lebih panjang
dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu
kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu
siswa hendak pulang.
Untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan
bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai
guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.
Berdasarkan
data-data penelitian di atas yang diperoleh dari temuan-temuan selama melakukan
perbaikan pembelajaran dapat dilihat bahwa penggunaan gunting dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus
pada anak TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011/2012.
Peningkatan dapat kita lihat dari hasil belajar anak yang berkategori baik
terus meningkat dari setiap tampilan sementara itu anak yang berkategori sedang
dan kurang mengalami penurunan hampir di setiap tampilan. Bahkan untuk anak
dengan kategori kurang mereka sudah tidak ada lagi pada akhir tampilan siklus
ke II. Hal berbalik dengan data sebelum dilakukan perbaikan keberhasilan anak menurut
pengamatan penulis sebelum dilakukan perbaikan menunjukan hanya kurang lebih 15 % anak yang
berhasil dalam belajar.
Pada umumnya kemampuan motorik halus anak TK
Qanitah setelah dilakukan perbaikan menunjukan peningkatan yang sangat
memuaskan. Hal ini terlihat dari keterlibatan
anak secara
langsung dalam berbagai kegiatan baik pendahuluan, inti dan kegiatan akhir sehingga
menambah motivasi anak untuk lebih aktif mengikuti proses pembelajaran
penggunaan media dan alat pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan mejadikan
pembelajaran menjadi lebih efektif.
Dari pembelajaran yang efektif ini menghantarkan hasil belajar yang optimal. Penggunaan media gunting efektif untuk meningktakan
kemampuan motorik halus pada anak kelompok B di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat
Tahun Pelajaran 2011/2012. Setelah diadakan
perbaikan hasil belajar anak meningkat dari 46,15 % pada siklus I menjadi
92,31% pada siklus II.
B. Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan perbaikan
tentang penggunaan media gunting untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat disarankan
sebagai berikut:
1. Upaya
peningkatan kemampuan motorik halus
anak di
TK Qanitah selain selain dengan upaya-upaya di atas juga harus dibarengi dengan tersedianya kesempatan waktu
belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang
durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu
istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.
2.
Agar hasil belajar lebih baik
disarankan kesiapan belajar siswa ditingkatkan lagi.
3.
Media gunting dapat diterapkan lebih lanjut pada bidang pengembangan kemampuan motorik halus sejenis
atau yang lain dengan mengambil tema
yang berbeda.
4.
Pemilihan
gambar-gambar berpola agar lebih bervariatif dan menarik supaya kemampuan
motorik halus anak betul-betul terlatih.
Ali Nugraha, 2008. “Kurikulum
dan Bahan
Belajar TK” Universitas
Terbuka, Jakarta.
Bambang Sujiono,
dkk, 2007, “Metode Pengembangan Fisik”, Universitas
Terbuka, Jakarta
IGAK Wardhani, dkk, 2008,”Penelitian
Tindakan Kelas”, Universitas
Terbuka, Jakarta
Tim PKP
PG-PAUD, 2009, “Panduan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM)
Program D-II PGTK”, Universitas Terbuka, Jakarta
Tim PKP
PG-PAUD, 2010, “Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional”, Universitas
Terbuka, Jakarta
Tim TAP FKIP
UT, 2011, “Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP”, Universitas
Terbuka, Jakarta
mohon saya diberi pkp nya..terimakasih...
BalasHapuskirimkan ke email saya : n.yuliant82@gmail.com
Minta ijin copy buat bahan rumusan PKPku Thanks...
BalasHapusBoleh minta kirimkan pkp nya ?
BalasHapuskirim ke silvya_23@yahoo.com
terimakasih, saya tunggu :)
sukses selalu kaka
minta file pkp ini?
BalasHapuskirim ke wangiarum800@gmail.com
thanx's....
Aku butu banget file in?
BalasHapuskirim yach ke masdar_dark@yahoo.coid
mohon kirimkan lap PKPnya by email fauzineli@gmail.com
BalasHapussebelumnya saya ucapkan terima kasih
Tolong kirimkn pkpnya di email tkmardhatillah@gmail.com
BalasHapusTolong kirimkn pkpnya di email tkmardhatillah@gmail.com
BalasHapusTolong minta filenya dong gan!,,, trims,,, kirim ke : wirawanpartii@gmail.com
BalasHapusminta filenya pkp, kirim ke hary16751@mail.com
BalasHapusijin ngopi yaa
BalasHapussaya sudah ngopi file anda, mhndiijini
BalasHapusmohon ijin ngopi ya
BalasHapusBlh mntk filek nya kirim di Saroendah@gmail.com
BalasHapusMohon dengan kerendahan hati untuk bisa di bagikan pkp nya ke saya...
BalasHapusferdinandusajiq@gmail.com
Boleh minta filenya???
BalasHapusTolong kirim ke @sabrinainka05@gmail.com
Mohon izin download ya
BalasHapus